Pagi itu, aroma roti panggang dan teh melati memenuhi udara. Sinar matahari masuk dari celah tirai dapur, menyinari tiga orang yang duduk mengelilingi meja makan panjang dengan hening yang menggantung.Lena, dengan blus pastel dan riasan ringan, tampak tenang meski sorot matanya mengamati dengan teliti. Hannan duduk di sisi kanan meja, meminum kopi hitamnya tanpa suara, sementara Andini di ujung satunya, sibuk mengiris roti bakar, meski potongannya tak pernah dia makan."Rasanya sepi sekali pagi ini," Lena memulai, suaranya lembut namun mengandung makna, menyiratkan sesuatu. "Biasanya Hannan selalu mengomentari masakanku, hari ini diam saja."Andini tersenyum canggung. "Semua enak, Bu. Aku suka sekali rotinya.""Iya, Bu. Enak," sahut Hannan datar, lalu meneguk air putih.Lena menyipitkan mata, menoleh pelan ke arah anak lelakinya yang duduk terlalu tegak. "Kamu tidur nyenyak semalam?"Hannan menoleh sebentar. "Cukup."Andini tampak mencuri pandang ke arah Hannan, lalu cepat-cepat menu
Terakhir Diperbarui : 2025-08-01 Baca selengkapnya