Terjerat Obsesi Kakak Ipar의 모든 챕터: 챕터 141 - 챕터 150

Dua minggu telah berlalu sejak kelahiran Leandro dan Ginevra. Suasana apartemen mereka dipenuhi oleh ritme baru yang kacau namun membahagiakan: tangisan malam hari, aroma susu, dan tumpukan popok. Isabella, meski masih dalam masa pemulihan, bersinar dengan cahaya keibuan yang membuat Leonardo terpana setiap saat.Tapi di balik kedamaian domestik itu, sebuah operasi rahasia berjalan. Dari kantornya di Ricci Tower, Ivy dan Clara menjadi otak di balik penyelidikan Mephisto. Kantor mereka berubah menjadi war room yang dipenuhi papan tulis dengan foto-foto, garis waktu, dan string digital yang rumit.Dua minggu telah berlalu sejak kelahiran Leandro dan Ginevra. Suasana apartemen Devicenzo dipenuhi oleh ritme baru. Di balik kedamaian itu, operasi rahasia berjalan. Dari kantornya di Ricci Tower, Ivy dan Clara menjadi otak di balik penyelidikan Mephisto.“Aku menemukan sesuatu,” ujar Clara tiba-tiba, memecah kesunyian. Matanya lelah menatap layar penuh kode. “Jejak pembayaran untuk server Mep

Kantor pusat Ricci Enterprises, lantai desain, sunyi menjelang sore. Hanya Clara dan Ivy yang masih berada di sana, dikelilingi oleh mock-up desain dan layar komputer yang memancarkan cahaya biru. Ketegangan terasa jelas di udara, sisa dari penemuan mengejutkan tentang Selena Ruzzo.Clara, dengan mata berkantung dan jari-jari yang hampir kram, akhirnya menyelesaikan kompilasi laporan forensik digital terbaru. Dokumen itu berisi rincian jejak transfer ke Yayasan Ruzzo, screenshot percakapan tersembunyi di platform encrypted, dan analisis yang menghubungkan Selena dengan peluncuran Mephisto."Duh, akhirnya selesai," keluhnya, mengusap lehernya yang pegal. "Laporan untuk Tuan Leonardo sudah siap. Aku langsung kirim ya, Nyonya Ivy?"Ivy, yang sedang memeriksa sehelai kain dengan kaca pembesar, hanya melambaikan tangannya tanpa melihat. "Lakukan, sayang. Semakin cepat Leonardo tahu, semakin cepat kita bisa bernapas lega."Dengan sekali klik, Clara menekan tombol 'Send' pada email yang tela

Leonardo memandangnya, melihat kekuatan yang kembali menyala dalam diri istrinya. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk. Perlawanan pada akhirnya sia-sia. "Apa rencanamu, Belle?"Isabella tersenyum, senyum tipis yang penuh strategi. "Pertama, kamu tidak memecat Clara. Kedua, kita akan mengadakan pesta penyambutan untuk Leandro dan Ginevra. Dan kita akan mengundang seluruh keluarga besar... termasuk Sergio Ruzzo dan putrinya, Selena."Leonardo membeku. "Kamu gila? Mengundang ular ke dalam rumah?""Tepat sekali," jawab Isabella, matanya berbinar. "Karena kadang, untuk menangkap ular, kamu harus membiarkannya keluar dari sarangnya terlebih dahulu. Percayalah padaku."“Nggak…,” bantah Leonardo, masih ragu.“Leo…kita akan lakukan acara ini di Ricci Tower……” kemudian Isabella mendekatkan bibirnya ke telinga Leonardo dan mulai membisikkan. Suaranya begitu pelan, hanya desisan udara yang terdengar, tetapi mata Leonardo yang awalnya dipenuhi keraguan perlahan-lahan melebar, berubah me

Dari kejauhan, tampak jelas butik La Belle yang selama ini menjadi kebanggaan Isabella dan Leonardo, kini dilalap si jago merah. Lidah api menjilat-jilat angkasa, menghancurkan segala sesuatu yang mereka bangun dengan susah payah. Asap hitam pekat membentuk awan kelam yang mengaburkan bulan. Butik itu bukan sekadar bangunan—ia adalah impian Isabella sebagai designer, sebuah mahakarya yang dengan bangga berdiri berseberangan dengan butik Channel, simbol dari perjuangan dan pencapaiannya.Beberapa tamu yang masih tersisa berhamburan ke balkon, mata mereka terpana menyaksikan pemandangan mengerikan itu. Teriakan dan tangisan panik memenuhi ruangan yang tadinya dipenuhi sukacita.Wajah Isabella berubah pucat pasi. Tubuhnya gemetar, tapi Leonardo segera memeluknya erat. "Itu... butik kita..." bisik Isabella dengan suara serak. Dadanya terasa sesak, seperti ditimpa reruntuhan kenangan. Dia memikirkan semua yang mungkin hilang—gaun-gaun rancangannya, koleksi "Phoenix" yang belum sempat dilun

Uap air hangat dan wangi lavender seakan melelehkan segala ketegangan di otot Isabella. Leonardo, dengan sentuhan yang terampil, terus memijat bahu dan punggung istrinya. Rasanya seperti kembali pulang. Gairah yang sempat tertidur perlahan bangkit, dipicu oleh setiap usapan jari Leonardo yang penuh penghayatan.Tangannya tak lagi hanya memijat. Jelajah jemari Leonardo mulai bergerak lebih intim, menyusuri lekuk tubuh Isabella yang terendam air hangat. Dia membungkuk, mengecup lembut puncak bahu Isabella sambil berbisik, "Aku rindu padamu, Belle."Isabella memutar tubuhnya, wajahnya memerah bukan hanya karena uap air. Matanya yang kelam berbinar membalas hasrat yang terpancar dari sorot mata Leonardo. "Aku juga," balasnya dengan suara serak, tangannya meraih leher suaminya dan menariknya dalam sebuah ciuman yang penuh rasa rindu dan janji.Leonardo membalas ciumannya dengan penuh gairah. Air yang tumpah ke lantai tak lagi menjadi perhatian. Dunia seakan hanya berisi mereka berdua. Leon