“Aku, masih menginginkan dia.”Aruna menatap kedua tangannya yang bergetar di bawah cahaya lampu meja kecil dalam kamarnya. Malam sudah larut, tapi tubuhnya masih basah oleh keringat dingin. Jantungnya berdebar terlalu cepat, seakan baru saja ia berlari tanpa henti. Namun kenyataannya, ia hanya bangun dari mimpi—mimpi yang terlalu nyata, terlalu kasar, terlalu jujur untuk diabaikan.Ia menutup wajah dengan telapak tangan, mengacak-acak wajahnya dengan frustasi, tapi bayangan Leonardi tak kunjung pergi. Sentuhan pria itu, tatapan matanya, desahan namanya—semuanya masih melekat, seakan baru terjadi. Padahal, ia tahu betul Leonardi tidak ada di sini. Ia bahkan tidak tahu di mana pria itu sekarang.Itulah alasan Aruna datang ke vila tua milik keluarganya, jauh dari hiruk-pikuk kota, jauh dari segala yang bisa mengingatkannya pada pria itu. Vila di tepi hutan pinus ini dulu menjadi tempat liburan keluarga setiap musim panas, penuh tawa dan aroma kayu bakar. Tapi malam ini, vila itu hanya r
Last Updated : 2025-09-19 Read more