"Apa aku hanya mainan di tangannya?"Pertanyaan itu menyalak di kepala Aruna, tepat saat ia terjaga di tengah malam. Dadanya sesak, seolah ada batu besar menindih. Ruangan gelap, hanya cahaya lampu tidur redup di sudut kamar yang menyoroti sebagian wajah Leonardi. Lelaki itu terlelap, napasnya berat, teratur, menyerupai deru ombak yang menghantam karang tanpa henti.Di sisi lain kasur, satu lengannya masih melingkari pinggang Aruna—erat, posesif, seolah tubuh Aruna bukan lagi miliknya, melainkan perpanjangan dari dirinya sendiri. Sentuhan itu hangat, tapi bagai rantai yang membelit tulang.Aruna menahan napas. Pelan-pelan ia menggeser tangan Leonardi, mencoba keluar dari belenggu itu. Lututnya ditarik ke dada, tubuhnya menggigil meski udara kamar terasa hangat. Malam menyusup lewat celah jendela, menusuk kulitnya.Namun bukan dingin yang membuatnya gemetar. Melainkan keheningan di dalam dada.Keheningan yang menelan dirinya sedikit demi sedikit, membuatnya sadar bahwa setiap hari bers
Terakhir Diperbarui : 2025-07-18 Baca selengkapnya