“Mas, lepas!” seru Yessa tajam, berusaha menarik pergelangan tangannya. Isandro melepaskan genggamannya, tapi bukannya mundur—ia malah menutup jarak, tubuhnya menjulang menahan jalan keluar. Sorot matanya tajam, rahangnya mengeras. “Kenapa kamu pergi ninggalin saya, hm?” suaranya rendah, berat, tapi penuh bara yang ditahan. “Apa maksudnya tadi?” Yessa terdiam, menunduk, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. Isandro mengangkat dagu Yessa paksa dengan ujung jarinya, membuat mata mereka bertemu. “Bilang sama saya kalau yang dibilang pria itu tidak benar. Bilang ke saya kalau kamu bukan calon tunangan dia.” Yessa menggigit bibirnya kuat, matanya mulai berkaca-kaca. Isandro mendekat sedikit lagi, suaranya kini terdengar hampir memohon, tapi tetap dingin. “Jawab saya, Yessa.” “Kamu kenapa sih, ikut campur banget?!” desis Yessa, nadanya sinis. Isandro terdiam sejenak, sudut bibirnya terangkat membentuk seringai licik. “Ikut campur?” suaranya rendah, nyaris terdengar sepert
Last Updated : 2025-11-02 Read more