Tubuh Yura langsung merosot setelah melihat berita itu. Matanya membelalak, wajahnya seketika pucat. Ia pikir yang brengsek hanya menantunya, tapi ternyata—anaknya sendiri juga ikut menyeret reputasi keluarga dalam aib sebesar ini. “Oh, Tuhan …!” serunya parau, kedua tangannya menutup wajahnya dengan dramatis. Air matanya jatuh, bercampur antara marah, kecewa, dan malu. Dengan tangan gemetar, Yura meraih ponselnya. “Aku harus hubungi Aurora, aku harus dengar langsung dari dia.” Bibirnya bergetar saat hendak menekan nomor sang anak. Namun sebelum sempat menekan tombol panggil, suara pelayan terdengar dari arah pintu. “Nyonya, ada mobil datang. Mereka menurunkan barang-barang milik Non Aurora.” Yura tersentak, ponsel di tangannya hampir terlepas. “Barang Aurora?” ulangnya tak percaya. Dengan langkah terburu-buru, ia bangkit dan berjalan ke arah pintu depan. Dari balik kaca jendela, tampak beberapa pria berbadan kekar menurunkan koper, kotak, dan beberapa kardus berlabel nama
Huling Na-update : 2025-11-08 Magbasa pa