* “CCTV-nya rusak. Artinya semua ini sudah direncanakan,” ucap Aran, suaranya terdengar berat. Bima berjalan mondar-mandir di ruang kerjanya. Rahangnya mengeras, matanya tajam penuh gelisah. Tangannya berulang kali mengepal, jelas sekali pikirannya tak tenang. “Aku yakin, Sofia tidak pergi sendiri. Ada seseorang yang membawanya,” katanya dengan nada penuh kecurigaan. Aran menelan ludah, ikut merasakan ketegangan yang melingkupi ruangan itu. “Ya, Bos. Tapi aku rasa orang itu bukan Aldi,” jawabnya hati-hati. Bima berhenti melangkah, menatap Aran dengan sorot penuh amarah dan waspada. “Erin?” tebaknya, suaranya meninggi. “Bisa jadi,” sahut Aran, kali ini lebih pelan, seolah membenarkan firasat gelap itu. “Kau punya rekaman saat Erin dan Aldi masuk ke kamar hotel, kan?” tanya Bima tajam, suaranya penuh tekanan. “Punya, Bos,” jawab Aran cepat, meski ada sedikit keraguan dalam nadanya. Bima tidak menunggu penjelasan lebih jauh. Sorot matanya dingin, rahangnya mengeras.
Terakhir Diperbarui : 2025-09-07 Baca selengkapnya