Bima melangkah ke kantor polisi. Begitu sampai, ia duduk berhadapan dengan Erin, diam dan dingin seperti biasanya. Erin terlihat kesal, napasnya cepat. “Bima, ini semua fitnah. Mama memang sangat membenci Sofia, tapi Mama tidak akan menculiknya. Ini fitnah!” protes Erin. Bima mengangkat satu alis, menatap datar. Erin terus membela diri, tetapi sikapnya tak mampu menggoyahkan keyakinan Bima—ia lebih percaya pada kesaksian Sofia. “Bima, Mama mohon — panggil Papa ke sini. Dia pasti akan datang. Dia tidak akan membiarkan Mama sendirian,” Erin merayu, mencoba memasang wajah melas agar dikasihani. Bima tetap tenang. Bagi pria itu, tak ada ampun bagi seseorang yang telah merenggut orang-orang yang dicintainya. “Kau pasti akan dihukum mati,” katanya dingin. Erin tercengang, matanya melebar tak percaya. “Mama tidak bersalah, Bima. Ini fitnah!” ia berujar lagi, terisak. “Kau harus membayar mahal atas kematian ibuku dan calon istriku,” Bima menegaskan tanpa ragu. “Apa… apa?” Erin t
Last Updated : 2025-09-20 Read more