"Pikiran yang terluka menolak urutan waktu. Ingatan tidak lagi mengalir linier; ia melompat ke puncak emosi, mencari rasa sakit terhebat atau kebahagiaan tertinggi. Bagi Eliana, sesi kedua adalah terjangan gelombang yang membawa fragmen cinta yang begitu nyata, hingga batas antara terapi dan gairah menjadi kabur. Dr. Emil, Sang Penuntun, harus berlayar di lautan kenangan yang kacau balau." *** Pagi itu, Kaelion Vaelhardt masih duduk di sisi ranjang, berbaring miring menghadap Eliana. Jarak di antara mereka tetap terjaga, tetapi kehadirannya memberikan Eliana ketenangan mendalam. Ia bangun sebelum Eliana, wajahnya pucat karena ia tidak tidur nyenyak, memilih untuk menjaga Ratu-nya. "Kau tidak tidur sama sekali, Elias?" tanya Eliana saat ia terbangun, suaranya lembut, disentuh oleh kehangatan yang tak terlukiskan. Kaelion tersenyum, senyum lelah yang tulus. "Aku sudah berjanji, Eliana. Aku harus membuktikan padamu bahwa aku nyata, dan aku tidak sekarat," Kaelion berbisik, mem
Huling Na-update : 2025-11-28 Magbasa pa