Barel menciumi wajahnya, rahangnya, lehernya, seolah ingin menegaskan kepemilikan. "Kamu punyaku, Ken. Hanya punyaku."Air mata jatuh dari mata Kenna, bercampur marah dan jijik. Ia mendorong dada Barel sekuat tenaga, tapi tubuh lelaki itu seperti tembok."Lepaskan aku!" jeritnya parau.Bel apartemen berbunyi nyaring.Suara itu memecah ketegangan, tapi Barel tidak bergeming. Ia hanya menoleh sebentar, lalu kembali menatap Kenna dengan mata yang nyala.Kenna terperangkap, napasnya memburu, sementara bunyi bel terus berdering, panjang, tak berhenti."Buka pintunya!" suara berat terdengar dari balik pintu, diiringi dentuman keras. Gagang pintu bergetar, seakan dipaksa dari luar.Kenna terlonjak. Tubuhnya kaku, napasnya pendek-pendek. Barel menoleh dengan wajah murka. "Siapa itu? Kamu undang lelaki lain masuk ke sini?" suaranya parau penuh amarah."Aku nggak undang siapa-siapa!" Kenna menjerit, tubuhnya gemetar. Tangannya masih menekan dada Barel, mencoba menciptakan jarak.Bel berbunyi la
Last Updated : 2025-09-10 Read more