PESONA PRIA RIVAL SUAMIKU

PESONA PRIA RIVAL SUAMIKU

last updateLast Updated : 2025-08-25
By:  HaniHadi_LTFUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
8Chapters
25views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Aku istri sah, tapi merasa seperti bayangan. Suamiku sibuk mengkhianati, sampai pria lain membuatku merasa hidup kembali. Masalahnya... dia rival suamiku. Terlarang, tapi memikat. Salah, tapi aku tak bisa berhenti. Mampukah aku melawan pesonanya, atau justru hancur dalam pelukannya?

View More

Chapter 1

PPRS 01

Kenna masih terjaga meski jam dinding telah lewat tengah malam. Tirai putih di kamar bergoyang pelan tertiup angin dari jendela yang lupa ditutup. Tapi hatinya lebih dingin dari angin malam manapun.

Ia duduk di sisi ranjang, mengenakan mukena yang belum sempat ia lepas. Usai tahajud, ia tak bisa menahan diri untuk tidak kembali merenung.

Barel belum pulang.

Lagi.

Sudah dua minggu ini pria itu pulang lewat jam dua dini hari. Dan setiap kali pulang, tak ada lagi kecupan di kening, tak ada lagi bisik doa, hanya langkah berat dan keheningan yang memekakkan.

Dulu, Barel yang selalu mengusap rambutnya sambil berkata,

"Kenna kamu itu rumahku. Bahkan kalau dunia menolakmu, aku tetap memelukmu."

Tapi itu... sebelum semuanya berubah.

Keguguran pertama Kenna, membuatnya jatuh dalam kesedihan, tapi ia tetap merasa dicintai. Waktu itu, Barel memeluknya sepanjang malam. Menghapus air matanya dengan ciuman sabar.

"Aku minta maaf," bisik Kenna saat itu, nyaris tak terdengar.

Barel menghela napas. "Untuk apa?"

"Untuk... semuanya."

"Ini bukan salahmu." Barel pun memeluknya hangat dengan menciumnya berkali-kali.

"Kita pasti bisa mendapatkannya kembali. Yang penting kamu sehat dan tetap bahagia. Dan satu pintaku, maukah kamu mundur dengan tidak menjadi muballigh keliling lagi?"

Kenna terperanjak sebentar. Namun dengan berat dia pun mengangguk. "Tapi kalau di medsosku?"

Kali ini Barel yang mengangguk dan lagi-lagi mendaratkan ciumannya di ubun-ubun Kenna.

Namun keguguran kedua... mengubah segalanya.

Hari itu di rumah sakit, tubuh Kenna masih lemah usai tindakan kuret. Saat ia membuka mata, yang pertama ia dengar bukanlah doa atau pelukan.

Tapi suara ibu mertuanya.

"Sudah kubilang dari awal, perempuan ini tak membawa untung, kamu saja yang masih ngotot menjadikannya istri, bahkan melawan kami, Barel."

Barel menyingkir.

"Badannya lemah, tapi pikirannya banyak. Semua masalah orang dia urusi dan dia pecahkan. Tak becus jadi istri. Dua kali hamil, gagal terus. Wanita tak berguna!"

Kenna ingin bangun dan membela diri, tapi mulutnya kelu. Air matanya menetes perlahan. Tak satu pun membelanya-bahkan suaminya hanya diam sambil menggenggam ponsel di sudut ruangan.

"Mas..." panggil Kenna lirih saat itu.

Tapi Barel hanya menoleh sebentar lalu kembali mengusap wajahnya sendiri, seperti enggan melihat istrinya.

Sejak hari itu, semua berubah.

Kenna tahu... cinta Barel mulai surut. Ia merasakannya dari tatapan yang makin dingin, dari genggaman yang makin jarang, dan dari kata-kata yang pelan tapi tajam seperti duri.

Malam itu, ketika Barel akhirnya pulang, Kenna menatap jam dinding. Hampir jam tiga pagi.

Pintu kamar terbuka. Barel masuk sambil melepas dasinya dengan kasar.

"Maaf... aku lembur lagi," katanya tanpa menatap istrinya.

Kenna mengangguk pelan. "Kamu... sudah makan?"

"Udah di luar."

Hening.

Kenna mengumpulkan keberaniannya.

"Mas..." suaranya serak. "Aku rindu kita yang dulu."

Pria itu berhenti di depan cermin, membenahi rambutnya.

"Kita yang dulu?" ia terkekeh pelan. "Kenna... kamu berubah."

"Berubah?" mata Kenna membesar. "Aku kehilangan dua anak kita, Mas. Kamu pikir aku tak sedih? Apa itu salahku? Bukan aku yang berubah, tapi kamu."

Barel menatapnya dari cermin. Mata itu tak lagi menyimpan cinta.

"Kenna, aku butuh istri yang kuat untuk melahirkan bayi, bukan pasien rumah sakit tiap kali kandungan membesar. Aku capek. Capek lihat kamu terus seperti itu."

Seketika dada Kenna sesak.

"Maaf kalau aku mengecewakanmu," lirihnya. "Aku juga ingin jadi kuat, tapi rahimku... tubuhku..."

"Ssstt," Barel mengangkat tangannya. "Sudah. Jangan mulai drama tengah malam lagi. Aku kerja seharian, bukan buat denger keluhan kamu tiap malam."

Air mata Kenna tumpah. Ia memeluk dirinya sendiri.

"Aku hanya ingin didengar... Dianggap ada..."

Barel menghela napas keras, lalu tidur memunggunginya.

"Tidur aja, Ken. Besok kamu masih bisa main TikTok dakwahmu itu, kan? Sana tumpahin isi hati ke followers kamu. Mungkin mereka masih mau dengar, karena aku... jujur aja, aku udah nggak kuat dengar apapun darimu."

Kenna menggigit bibir bawahnya menahan tangis. Kata-kata itu menusuk lebih dalam dari jarum infus.

Sementara di dalam dada, sebuah luka lama kembali menganga.

Ia ingat saat mertuanya memaksanya pakai jamu penyubur kandungan dan mengancam akan mencarikan istri kedua untuk Barel jika Kenna tak juga hamil dalam enam bulan. Ia diam. Menerima. Ia pikir, mungkin ini bagian dari ujian.

Tapi ternyata... yang hancur bukan hanya tubuhnya.

Jiwanya ikut remuk.

Siangnya, Mbak Wati datang seperti biasa. Satu-satunya suara di rumah itu selain suara jangkrik adalah dia, pembantu yang kalau malam dia pulang.

"Mbak Kenna... habis nangis lagi, ya?" tanyanya lirih, meletakkan teh di meja.

Kenna tersenyum kecil, menatap layar ponselnya.

"Enggak kok... cuma mata bengkak aja."

Ia membuka TikTok-nya. Sebuah konten pendek yang dia rekam kemarin telah ditonton puluhan ribu orang. Isinya tentang sabar dalam kehilangan.

"Kadang... bukan tubuhmu yang sakit, tapi hatimu yang kosong. Dan itu... tak semua orang bisa pahami." Begitu narasi videonya.

"Tapi percayalah, Allah akan selalu bersama kita. Dia tak pernah meninggalkan kita seperti orang yang akan pergi dari kita jika kita tak sesuai harapannya."

Komentar demi komentar masuk. Ada yang tanya apakah ini cuma kata-kata penenang atau memang hidup Kenna?

Tapi satu komentar membuatnya terdiam lama:

Akun RG.

"Aku telah lama memperhatikanmu. Aku merasa, di balik senyummu, ada luka yang tak semua orang lihat. Benarkah itu?"

Kenna memegang dadanya. Aneh... komentar itu sederhana. Tapi seperti pelukan di saat ia hampir runtuh.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama... ia merasa terlihat.

"Siapakah dia?" tanya Kenna dalam hati.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status