"Akhirnya pulang juga," kata Barel dengan suara terdengar rendah, serak karena rokok yang masih menyala di ujung jarinya.Kenna menelan ludah, tangannya refleks merapatkan tas ke tubuh. "Iya... maaf, aku butuh udara setelah apa yang terjadi siang tadi," jawabnya pelan, sambil melangkah masuk.Asap menebal di ruang tamu, menyengat hidung. Lampu gantung temaram membuat bayangan wajah Barel terlihat makin keras. Kenna berhenti sejenak, mencoba mengatur napas."Banyak orang di luar yang bisa menghiburmu ya?" tanya Barel, matanya tak lepas dari layar ponsel, seolah hanya bertanya basa-basi."Tentu banyak, namanya saja taman kota," jawab Kenna menunduk, mengganti sepatu dengan sandal rumah. Kekesalan berusaha dia tutupi agar tidak keceplosan bicara, kenapa suaminya itu tak berusaha menyusulnya seperti duluh.Barel mendengus, meletakkan ponsel ke meja. "Kamu sendirian?"Kenna merasakan tatapan itu menusuk, membuat tenggorokannya kering. "Iya," jawabnya cepat, lalu menuju dapur. Dia takmungki
Terakhir Diperbarui : 2025-08-31 Baca selengkapnya