“Pak Rangga…” panggil Wina, sekretarisnya, terdengar dari luar pintu. Ketukan kecil menyusul. “Maaf, rapat direksi sudah siap. Semua sudah menunggu.”Rangga menoleh sekilas, lalu kembali menatap Kiandra yang masih berdiri di hadapannya.“Jawab aku, Rangga,” desak Kiandra, nadanya meninggi. “Jangan mengulur-ulur lagi. Aku tidak bisa terus digantung.”Rangga menghela napas. “Siapa yang menggantung kamu, Kiandra. Kau sudah tahu jawabanku jauh sebelum ini,” katanya pelan, tapi tegas. “Dan aku tidak akan mengulanginya.”Kiandra terbelalak, seolah tak percaya dengan jawaban yang baginya terlalu singkat. “Itu saja? Setelah semua ini? Kau tinggalkan aku dengan kalimat segampang itu?”Wina kembali mengetuk. “Pak, rapat…”Rangga mengangguk, berdiri. Ia tidak menoleh lagi. Langkahnya berat tapi pasti, meninggalkan Kiandra yang tiba-tiba menggebrak meja keras-keras. Suara kayu bergetar, membuat vas kaca bergeser hampir jatuh. Napas Kiandra memburu, matanya panas.“Dasar pengecut,” gumamnya, getir
Last Updated : 2025-09-14 Read more