All Chapters of Jangan Pegang, Coach: Chapter 101 - Chapter 110

125 Chapters

Bab 101 : Pondasi Dan Masa Depan

Selasa pagi, empat bulan di Singapura - Kantor Mey datang lebih pagi dari siapa pun. Ada yang harus dia beresin, proposal untuk calon klien dari Eropa yang ngontak minggu lalu. Laptop-nya udah terbuka, spreadsheet penuh angka, kopi masih panas di sebelah. Tapi pikirannya sempat melayang sedikit. Empat bulan. Entah kenapa, terasa cepat sekaligus panjang. Emma masuk dengan energi khas paginya. “Early bird today?” “Big proposal,” jawab Mey. "European pharmaceutical company wants market entry consultation for APAC region." “That’s huge,” Emma kelihatan impressed. "How'd they find us?" "Referral from Mr. Kim. Apparently he was impressed enough to recommend us." "Word of mouth marketing, best kind," Emma duduk sambil nyeruput kopi. “Need help?” "Actually, yeah. Cultural nuance part, I want to make sure we're not tone-deaf." Mereka kerja bareng dua jam, nyempurnain proposal, ngecek detail budaya, dan pastiin positioning-nya pas. Pas Rafael datang sama tim, propos

Last Updated : 2025-10-17

Bab 102 : Bulan Pertama di Apartemen Baru

Pagi Pertama - Apartemen BaruMey bangun duluan. Sempat bingung beberapa detik sebelum ingat. Oh iya, ini tempat baru.Rafael masih tidur di sofa, posisi aneh, satu tangan jatuh ke lantai. Mey senyum kecil, terus ambil selimut tipis dan nutupin dia pelan-pelan.Dia jalan-jalan keliling apartemen yang masih setengah kosong. Dinding putih menunggu foto. Dapur belum lengkap. Kamar mandi masih bau cat baru.Tapi semua ini milik mereka. Dipilih dengan sengaja. Dijalani dengan komitmen yang nyata.Mey bikin kopi pakai coffee maker murah yang baru mereka beli, lalu duduk di balkon kecil. Rafael datang nyusul, rambut masih acak-acakan, mata setengah kebuka.“Morning,” gumam Rafael sambil mencium ujung kepala Mey.“Morning. Kopi?”“Please.”Mereka duduk bareng, diam, menikmati udara pagi di tempat baru.“Feels different,” kata Rafael pelan.“Good different?”“Yeah. Kayak… rumah. Bukan

Last Updated : 2025-10-18

Bab 103 : Growing Pains

Bulan Kedua – Tekanan MeningkatKantor makin ramai. Dua junior consultant baru - Rachel dan Dev - plus satu senior analyst bernama Daniel mulai bergabung minggu pertama bulan kedua.Emma memimpin onboarding pagi itu.“Welcome to the team. We’re small but growing fast. Expect intensity, expect learning curve, but also expect support.”Rachel, fresh graduate dari NUS, kelihatan nervous tapi eager. Dev, career switcher dari bidang finance, tampak lebih santai tapi penasaran.Daniel beda sendiri, mantan senior consultant dari firma besar, punya gaya bicara tajam dan tegas. Rafael langsung tau, ini tipe orang yang bisa bantu banget, tapi juga bisa bikin tensi naik kalau nggak cocok chemistry-nya.Setelah sesi perkenalan, Rafael dan Mey saling pandang.“Ini berarti minggu depan bakal chaos,” kata Mey pelan.“Yeah,” Rafael ngangguk. “Tapi chaos yang produktif.”---Hari-hari Awal: Dinamika BaruDengan

Last Updated : 2025-10-20

Bab 104 : Terobosan dan Keseimbangan

Bab 104: Breakthrough dan BalanceAwal Bulan Ketiga – Irama BaruPagi itu beda.Mey bangun lebih pagi dari biasanya, tapi kali ini dia nggak langsung buka laptop.Dia duduk di balkon, kopi panas di tangan, ngeliatin langit yang pelan-pelan berubah warna.Beberapa menit kemudian, Rafael muncul, masih pakai kaos tidur. Rambut acak-acakan, tapi senyum tipisnya udah cukup bikin suasana tenang.“Tumben,” dia komentar. “Kamu udah bangun dan nggak sibuk sama kerjaan.”“Aku lagi eksperimen,” jawab Mey sambil nyeruput kopi. “Lagi nyoba inget rasanya hidup tanpa mikirin kerjaan."Rafael duduk di sebelahnya. “Gimana rasanya?”“Surprisingly okay. Masih pengen ngecek deadline sih, tapi aku tahan.” Rafael ketawa kecil. “Proud of you.”Mereka duduk diam cukup lama, dalam sunyi yang nggak canggung.Bukan kosong, tapi nyaman.“Raf?”“Yeah?”“Thanks. Buat nggak nyerah waktu bu

Last Updated : 2025-10-20

Bab 105 : Morning Moments

Matahari baru naik di luar jendela apartemen. Cahayanya pelan-pelan nyusup lewat tirai putih yang setengah terbuka, jatuh pas di sisi wajah Mey yang masih tidur. Rambutnya acak, pipinya nempel di bantal, dan Rafael berdiri di depan cermin, ngancingin kemejanya pelan-pelan sambil sesekali ngelirik ke arah tempat tidur.Entah kenapa, setiap pagi kayak gini, Rafael selalu ngerasa tenang. Bukan cuma karena rutinitas, tapi karena orang yang dia bangunin bukan lagi sekadar kenangan.Rafael nyiapin kopi di dapur kecil mereka. Bau espresso pertama langsung ngisi ruangan, nyampur sama aroma toast dan mentega. Mey akhirnya keluar juga, masih pakai t-shirt longgar dan rambut berantakan.“Pagi,” suara Mey serak, lembut. “Pagi, sleepyhead,” jawab Rafael, nyodorin cangkir. “Flat white, tiga tetes madu. Kayak biasa.”Mey senyum kecil. “Kamu ingat.”“Gimana aku bisa lupa? Kamu bakal komplain seharian kalau takarannya beda.”Mey ketawa

Last Updated : 2025-10-21

Bab 106 : Keputusan Investasi

Senin pagi, minggu keempat bulan ketiga – Kantor Emma buka meeting pagi dengan tone yang agak beda, serius tapi ada excitement. "I want to share something with you two," katanya ke Mey dan Rafael. Meeting-nya terpisah dari tim lain. “Sounds serious,” kata Mey sambil melirik Rafael. “It is. Potentially life-changing serious,” Emma buka laptopnya. "Last week, I was contacted by a venture capital firm. They've been following our growth for a while and were really impressed with our progress, and... they wanted to invest." Hening. Totally silent. “Wait, what?” Rafael akhirnya bersuara. "We are no longer looking for funding." "We don't really," Emma mengangguk. "But this opportunity presented itself. They offered Series A funding, SGD 2 million for a 30% stake.” Mey bisa ngerasain jantungnya makin cepat. “That… is really big.” “Massive,” Rafael setuju. “But also complicated." “Exactly,” Emma bilang. "That's why I want to discuss it with you guys first before I answer. Th

Last Updated : 2025-10-23

Bab 107 : Awal Baru

Dua Minggu Kemudian – Hari PenandatangananPagi itu beda dari biasanya. Suasananya agak tegang, tapi juga ada excitement yang susah dijelasin.Jam 10 nanti, mereka bakal tanda tangan kontrak resmi. Semua dokumen udah direview lawyer dari dua pihak. Meeting room terasa lebih kecil dari biasanya — mungkin karena semua orang ada di sana.Mr. Lim dan Ms. Chen datang tepat waktu. Tetap profesional, tapi dengan senyum yang tulus.“Ready for this?” tanya Mr. Lim sambil duduk.“As ready as we’ll ever be,” jawab Emma dengan senyum percaya diri.Lawyer mulai jelasin final terms—tentang equity split, susunan board, jadwal pencairan dana, dan target milestone. Semua yang udah dinego sebelumnya, sekarang resmi tertulis.Mey dan Rafael duduk sebelahan, sesekali saling pandang. This is really happening."Any final questions before we sign?" tanya Ms. Chen.Mey angkat kepala. “Just to confirm—our cultural guidelines an

Last Updated : 2025-10-23

Bab 108 : Kembali ke Titik Awal

Senin pagi – Bandara ChangiFlight ke Jakarta jam 9 pagi. Mey dan Rafael sudah sampai jam 7, lebih awal dari biasanya."Nervous?" tanya Rafael sambil check-in koper."Ada sedikit. First business trip kita bareng officially," jawab Mey. "Berasa beda dari waktu di London.""Karena dulu kita masih figuring out relationship. Sekarang? Kita established partners—baik secara profesional maupun pribadi.""Established partners," Mey ulang sambil tersenyum. "Suka dengernya."Penerbangan lancar, sekitar dua jam lebih sedikit. Mereka sebagian besar kerja di laptop, review meeting notes, finalize presentasi, koordinasi sama Emma lewat chat.Setelah mendarat di Soekarno-Hatta, langsung kena udara lembap Jakarta."Lupa deh ini humid banget," Mey komentar sambil nunggu imigrasi."Biasanya setelah sehari dua hari udah biasa," jawab Rafael.Driver mereka sudah menunggu di arrival-arranged dari kontak lama Rafael

Last Updated : 2025-10-24

Bab 109 : Full Circle

Rabu sore – Masih BodyZoneMereka berdiri di tengah gym yang sekarang terasa aneh, familiar tapi juga kayak versi baru dari masa lalu.Rafael masih pegang tangan Mey, belum mau lepas.“Kamu tau,” Rafael mulai pelan, “dulu aku pikir kalau kita putus, aku bakal bisa move on cepat. Tapi ternyata nggak. Tiap sudut Jakarta malah ngingetin aku ke kamu.”“Even after Priya?” tanya Mey hati-hati.“Especially after Priya,” jawab Rafael jujur. “Karena sama dia, aku sadar aku masih compare semuanya sama kamu. Cara dia ketawa, cara ngomong, bahkan cara dia diem pun aku bandingin. Di situ aku tau, aku belum benar-benar let go.”Mey menggenggam tangannya lebih erat. “Terus sekarang?”“Sekarang aku nggak perlu let go. Karena kamu balik. Karena kita dapet second chance. Dan kali ini, aku nggak akan sia-siain.”“Kita,” Mey nyengir tipis. “Bukan cuma kamu.”Rafael narik dia pelan, meluk di tengah gym yang mulai rame sama after

Last Updated : 2025-10-25

Bab 110 : Coming Home

Sabtu malam – Changi Airport Arrival Pesawat mendarat di Changi hampir jam 11 malam. Capek, tapi puas. Mereka ambil koper pelan-pelan, masih kebawa suasana hectic Jakarta. “Emma minta meeting Senin pagi,” kata Mey sambil ngecek HP. “Full debrief.” “Expected,” jawab Rafael. “Banyak banget yang harus di-update.” Perjalanan Grab ke rumah sepi. Nggak ada yang ngomong banyak, cuma suara jalan malam dan city lights di luar jendela. Begitu sampai apartemen, Mey langsung naruh koper di ruang tamu. “Home sweet home,” gumamnya pelan. Rafael ikut senyum. “Kangen juga ya tempat ini. Jakarta nostalgic, tapi... ini rumahnya sekarang.” Mereka cuma buka barang seperlunya, sisanya besok aja. “Shower terus tidur?” tanya Mey. “Best idea today,” Rafael ngangguk. --- Minggu – Recovery Day Mereka bangun hampir jam sepuluh. Sesuatu yang udah lama nggak terjadi. “Coffee?” Rafael nyengir masih setengah sadar. “Please,” jawab Mey dari bawah selimut. Pagi itu slow banget. Ngga

Last Updated : 2025-10-26

...

8 9 10 11 12 13

SCAN CODE TO READ ON APP