Perlahan ia melangkah ke jembatan. Angin berembus kencang, menerpa rambutnya yang terurai. Tubuhnya berhenti di tepi pembatas besi, kedua tangannya meraih ujung pegangan. Di sana, matanya jatuh pada cincin pernikahan yang masih melingkar di jari manisnya. Cincin itu berkilau, meski matanya kini penuh kabut air mata. Sebuah simbol yang dulu berarti ikatan suci, janji setia, cinta yang abadi. Namun kini, cincin itu hanyalah beban. Simbol pengkhianatan. Tangannya bergetar saat mencoba menarik cincin itu. Butuh tenaga, seakan benda kecil itu enggan lepas dari jarinya. Namun akhirnya, dengan tarikan kuat, cincin itu berhasil dilepaskan. Laura menatap cincin itu di telapak tangannya. Matanya basah. “Inikah akhirnya? Semua yang kupertahankan, hanya berakhir seperti ini?” Air matanya jatuh, membasahi logam kecil itu. Perlahan, dengan napas tersengal, Laura mengangkat tangannya tinggi-tinggi. “Selamat tinggal,” bisiknya, suaranya hampir tak terdengar. Dengan gerakan cepat, ia melepa
Last Updated : 2025-09-12 Read more