“Jangan berhenti, Max. Aku mohon,” pinta Laura. Kini ia telah hilang kendali. Meja CEO di tengah ruangan menjadi saksi bisu ketika Max, tanpa melepas ciuman, mengangkat tubuh Laura dan mendudukannya di sana. Tumpukan dokumen jatuh berserakan ke lantai, tapi tak ada yang peduli. Hanya ada suara napas tersengal, desahan tertahan, dan detak jantung yang liar. “Beritahu aku.” Max berbisik di sela ciuman, bibirnya panas di leher Laura. “…kau ingin aku melanjutkan hingga selesai atau kita cukup sampai di sini?” Laura menggigit bibir, matanya setengah terpejam, tetapi senyumnya penuh rahasia. Ia menunduk, bibirnya kembali menutup bibir Max dengan rakus. “Tidak ada waktu untuk berhenti,” desisnya di sela erangan yang tertahan. Pakaian terlepas terburu-buru, jatuh berhamburan ke lantai marmer dingin. Panas tubuh mereka justru kian menggelegak. Max menunduk, menelusuri setiap inci kulit Laura dengan tatapan lapar. Laura menggeliat, antara melawan dan menyerahkan diri, seolah tub
Last Updated : 2025-09-14 Read more