All Chapters of Mendadak Menikah Dengan Mantan: Chapter 41 - Chapter 50

'No' jawab Ceicillia dalam hati. Dia dapat merasakan ketulusan Alex kepadanya, namun tetap tidak ingin mengakuinya. "Kurasa iya." Justru jawaban itu yang keluar dari mulut Ceicillia. "Fine." Alex menjawab dengan nada kecewa karena lagi-lagi Ceicillia tidak mau jujur akan perasaanya sendiri. "Kalau begitu mungkin aku akan berkencan dengan wanita-wanita lain." "Terserah. Aku juga akan melakukan hal yang sama." Ceicillia membereskan kertas-kertas di mejanya. Untuk menghindari tatapan tajam mata Alex. "Kamu apa? Kamu berkencan dengan pria lain?" Tanya Alex dengan mengerutkan kening. "Iya, kemarin aku memiliki kencan ..." Ceicillia sengaja berbohong. Padahal kemarin dirinya lembur di kantor bahkan sampai ketiduran di atas meja. Tapi Alex tidak perlu tahu akan hal itu.

"Selanjutnya untuk sesi pemotretan, mungkin yang pertama dapat kita lakukan di sini saja." Dengan gerakan luwes, Amy mengarahkan Ceicillia dan Alex untuk berpose di sofa tempat mereka duduk bersama. "Apa begini sudah oke?" Alex memeluk tubuh Ceicillia dengan sebelah lengannya. Sementara gadis itu menyandarkan kepala di dadanya. Dari jarak yang sangat dekat itu, wangi rambut Ceicillia menguar semerbak di hidung Alex. Membuat pria itu refleks mendekatkan wajah dan mendaratkan kecupan si helaian rambut itu. Deg, Deg! Jantung Alex terasa berdetak lebih kencang. Suara yang pasti dapat terdengar oleh calon istri yang sedang dipeluknya. "Bagus begitu! Tahan sebentar ..." Amy girang karena mendapatkan pose yang sangat alami dan bagus. Dengan cekatan dia mengambil beberapa jepretan di kameranya. Wajah Ceicillia terasa memanas karena pelukan dari Alex yang membuatnya bersandar di dada calo

Pagi itu Ceicillia terbangun dari tidurnya karena mendengar sebuah teriakan. Umpatan keras satu arah seperti seseorang yang sedang bertengkar dalam sebuah sambungan telepon. 'Siapa? Apa Alex yang berteriak?' Ceicillia tahu bahwa Alex bukanlah tipe pria yang tenang. Akan tetapi calon suaminya itu juga bukan tipe yang pemarah dan meledak-ledak. Alex sudah terlatih untuk menata emosi dan memasang pocker face setiap waktu. 'Kenapa Alex semarah itu?' Ceicillia bangkit dari ranjangnya dan sedikit membuka pintu kamar. Dia mengintip dari balik pintu, ke arah ruang tengah. Alex terlihat sedang mondar-mandir di ruangan itu, sambil berteriak. "Aku sudah muak dengan segala hal mengenai keluarga ini!" Dengan emosi pria itu menutup panggilan dan melemparkan ponselnya ke lantai. 'Astaga ... Ada apa ini?' Ceicillia tercekat, menutup mulutnya yang terbuka agar tidak mengeluarkan suara. 'Apa dia sedang membicarakanku?' Ceici

"Sakarang giliranmu mencoba tuxedo, Alex ..." Ceicillia perlahan membalikkan tubuhnya sehingga tepat berhadapan dengan Alex.Gadis itu memberikan senyuman indah sambil mengurai lengan Alex yang masih memeluk pinggangnya. "Aku akan membantumu, membuka pakaian yang kamu kenakan."Ceicillia sengaja mengalihkan pandangan ke bawah, tak berani menatap langsung kedua mata Alex saat melanjutkan tindakannya. Dia melepaskan satu persatu bulir kancing kemeja pria itu sampai terbuka semua. Wajah Ceicillia semakin memanas demi mendapati bentukan torso Alex yang terpahat dengan sempurna tepat di hadapannya. Buru-buru dia melepaskan kemeja yang melekat di tubuh pria itu. Tidak sampai di sana saja, Ceicillia juga melepaskan gasper ikat pinggang Alex. Dengan membuang segala rasa malu dan gengsi, dia juga membuka kait celana serta menurunkan perlahan resleting celana pria itu. Sehingga kain hitam itu meluncur turun begitu saja di lantai.'Oh God, this bo

Hari-hari berjalan sangat lambat bagi Ceicillia karena perasaannya yang tak menentu. Segala persiapan pernikahan membuatnya semakin gunda gulana. Bukan rasa bahagia yang merasuk dalam jiwanya demi menanti hari pernikahan yang sakral itu. Namun rasa sedih, takut dan gelisah yang selalu menghantui pikirannya. Karena pernikahannya dengan Alex adalah kepalsuan belaka. Pernikahan karena kesepakatan. 'Sampai kapan kami harus berpura-pura menikah? Apakah hanya sampai aku mendapatkan saham dan keadaan perusahaan milik ayahku membaik?' 'Setelah itu bagaimana? Apakah kami akan bercerai? Apakah kami akan hidup berpisah?' 'Lalu keluarga kami bagaimana? Apa yang harus kami katakan kepada mereka?' Ceicillia gagal menemukan jawaban untuk segala pertanyaan itu sampai hari pernikahan mereka tiba. Gagal pula menentukan bagaimana dirinya harus bersikap kepada Alex setelah