Mag-log inSetelah kematian sang ayah, Ceicillia harus menghadapi ancaman kehancuran perusahaan keluarganya. Demi keberlangsungan perusahaan keluarganya, Ceicillia terpaksa membuat kesepakatan dengan Alexander Goldman, mantan kekasihnya yang ternyata adalah seorang OLD MONEY di Kota New York. Untuk menikahi pria itu dengan imbalan sejumlah saham untuknya.
view more"Rapat dewan ini hanya membuang waktu." Ceicillia membatin sambil menggela napas panjang. Merasa percuma jauh-jauh datang ke Amerika dan meninggalkan segala urusannya di Indonesia yang luar biasa banyak.
"Mengapa semua ide yang mereka kemukakan sudah ketinggalan jaman dan tidak relevan untuk permasalahan perusahaan?" Ceicillia mengamati saat suasana ruang rapat yang semakin memanas seiring dengan banyaknya cetusan gagasan dan perang argumen. Gadis berambut panjang itu menandai beberapa point hasil catatan analisisnya di note book kecil dengan malas. Sebuah ide cemerlang sebagai solusi yang bisa mengatasi permasalahan perusahaan. "Tapi sialnya tidak ada yang mau mendengarkan gagasanku." Sekali lagi Ceicil menghela napas. Ceicillia kembali mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan rapat, semua yang hadir adalah laki-laki kecuali dirinya. Ceicil tahu benar akan deskriminasi gender yang sangat umum terjadi di dunia bisnis. terlebih lagi kehadiran dirinya di rapat kali ini hanya dikarenakan mendiang ayah dan sejumlah saham yang beliau wariskan kepadanya. Ayah yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu langsung dengannya. "Masalahnya adalah jumlah sahamku terlalu sedikit, sehingga tak ada yang mau mendengarkan suaraku saat ini ..." Enam bulan yang lalu Jonathan Tang, ayah Cecicillia yang berkebangsaan Amerika tiba-tiba meninggal dunia karena serangan jantung. Sepeninggal Jonathan, Cecillia mendapatkan warisan yang cukup besar dari beliau. Sejumlah properties dan aset bisnis serta sejumlah kecil saham perusahaan di Amerika. Sementara kepemimpinan perusahaan dan sebagian besar saham beralih ke tangan Victor, kakak laki-lakinya. Keluarga Tang bukan termasuk keluarga yang harmonis, melainkan cukup complicated. Diawali dengan pernikahan Jonathan Tang dan Miranda Ciputra, ibu Ceicillia yang berasal dari Indonesia. Pernikahan mereka dikaruniai dua buah hati, yakni Victor dan Ceicillia. Selama hidup bersama, Jo dan Mira dapat mengembangkan bisnis keluarga mereka menjadi lebih maju. Namun kemajuan bisnis itu menjadi bumerang, Jo sibuk mengurusi perusahaan di Amerika sementara Mira lebih fokus dengan perusahaan Ciputra milik keluarganya sendiri. Jauhnya jarak yang terbentang pun membuat kedua orang tua Ceicillia berpisah saat dirinya masih duduk di bangku sekolah. Setelah perpisahan itu Victor tinggal di Amerika dan diasuh oleh ayahnya, sedangkan Cecillia diasuh oleh ibunya di Indonesia. "Ehm ... Aku tidak yakin langkah apa yang harus kita tempuh terlebih dahulu ..." Victor yang memimpin rapat kali ini terlihat gugup, sama sekali tidak dapat menguasai keadaan. Bahkan dia semakin terdesak oleh berbagai macam tuntutan dari para pemegang saham. Ceicilia melirik kepada kakaknya yang tidak memiliki wibawa layaknya seorang CEO perusahaan. Gadis itu membatin, "Salah sendiri selama ayah hidup kamu hanya tahu bersenang-senang, Vic. Makanya kamu jadi CEO yang tidak kompeten." Berbeda dengan Ceicil yang dididik dengan keras dan disiplin oleh sang ibu, Victor malah dibiarkan saja berlaku seenaknya oleh sang ayah di Amerika. Jonathan megurusi sendiri urusan bisnis keluarga mereka tanpa melibatkan Victor. Di lain pihak, Ceicil sudah dilatih untuk memimpin perusahaan oleh ibunya sejak lulus kuliah, perusahaan milik keluarga ibunya, Ciputra."Come on Vic, this is easy." Ceicil berkata tanpa suara sambil mencolek lengan Victor yang duduk di sebelahnya. Dia juga menggeser note book yang telah ditandai ke arah sang kakak agar dapat dibacakan di rapat. "Baca tulisanku dan rapat menyebalkan ini akan segera berakhir!" Ceicil semakin geregetan karena Victor tak kunjung memperdulikan dirinya. "Heeem?" Victor akhirnya menyadari teguran itu, dan membaca tulisan tangan Ceciciilia."Ehm ... Yeah! The best idea is ..." Victor hendak mengemukakan ide dari Cecicillia, saat sebuah suara menginterupsinya dengan nada keras. Suara dari Mr. Sanders, salah satu pemegang saham dan dewan direksi senior. "Ceicillia, tolong hentikan tindakan kekanakanmu itu. Kami dapat melihat apa yang ingin kamu lakukan dengan memakai nama Victor. Sebaiknya kamu tinggalkan rapat ini dan serahkan kepada orang-orang yang lebih kompeten di sini." "Kami sedang membicarakan bisnis, bukan permainan game gadis kecil."Seluruh ruangan rapat dewan dipenuhi gelak tawa demi mendegnar teguran dari Mr. Sanders. Sepertinya mereka semua sepakat dengan perkataan bisnisman tua yang kolot itu. Sementara Victor yang ikut ditegur merasa malu dan memilih untuk menundukkan wajahnya dalam-dalam.
"Sialaaan Pak Tua Sanders! Dia pikir aku seorang gadis kecil yang tidak bisa berbisnis?" Ceicillia membatin kesal karena merasa dilecehkan. Para pebisnis Amerika ini tidak tahu jika Ceicillia Tang dari Ciputra Group di Indonesia dikenal dengan sebutan ratu bisnis. Dia memiliki segudang pengalaman memimpin Ciputra Group sampai menjadi sebuah perusahaan raksasa multi dimensi seperti saat ini. "Jika mendiang ayahmu ingin mendengar pendapat darimu, maka dia akan menjadikanmu CEO. Tapi nyatanya dia memilih Victor, jadi kamu harus mendengarkan perkataannya dan para pemegang saham lainnya." "Saya juga salah satu pemegang saham, kenapa kalian tidak mau mendengarkan saya?" Cecicillia balik melakukan perlawanan, masih berusaha agar idenya dapat didengarkan. Sebenarnya bisa saja Ceicillia lepas tangan dan tidak memperdulikan nasib Victor dan perusahaan ayahnya di Amerika itu. Dia bisa kembali ke Indonesia dan berkuasa di singasana CEO Ciputra Croup yang empuk dengan segala kemewahan duniawi. Namun bagaimanapun, Ceicil masih punya hati. Dia masih mencintai ayah dan kakak kandungnya sendiri. Tak ingin aset peninggalan ayah mereka akan berakhir mengenaskan dengan kebangkrutan perusahaan serta membuat Victor jatuh miskin. "Kamu sudah melewati batas, dan jika diteruskan bisa membuat kami marah. Perlu saya tekankan sekali lagi, bahwa kami tidak memerlukan kamu." Sanders menekankan kalimat terakhirnya untuk memperjelas posisi Ceicillia."Excused me, Saya ..." Ceicillia hendak menjawab saat Victor memotong ucapannya untuk melerai. "Saya rasa kita semua harus menahan diri, calm down please!" Semua peserta rapat seketika mengalihkan perhatian kepada Victor, hampir semua tepatnya. Karena Ceicillia dapat melihat dengan jelas bahwa Augusto Vitale sedang memperhatikan dirinya tanpa berkedip dari sisi sebelah kanan ruangan."You know, saya sepertinya tertarik dengan gagasan yang ingin disampaikan oleh Miss Ceicillia Tang." Augusto berkata sambil sesekali memberikan lirikan dan senyuman ke arah Ceicil. Cecillia sedikit risih menyadari tingkah bisnisman asal Italia itu. Augusto Vitale menurut Victor akan menjadi mitra kerja yang tepat untuk bekerja sama. Namun Ceicil tidak dapat melihat keuntungan dengan penggabungan perusahaan mereka yang bergerak di bidang berbeda. Ketidak sukaan Cecil pun semakin bertambah karena Augusto kerap kali merayu dirinya secara terang-terangan di berbagai kesempatan. "Mungkin aku bisa gunakan Augusto Vitale untuk mendapatkan tambahan pengaruh? Duh makin runyam aja urusannya." Ceicil membatin sambil memperhatikan perkembangan situasi.Kurang dari 24 jam kemudian, Alex Goldman telah mengamankan kesepakatan itu. Dengan modal Goldman Holding, dewan direksi Ciputra Group di Jakarta bahkan tidak berani menolak. Mereka dengan senang hati menerima tawaran takeover fantastis itu. Kini, Alex bukan hanya penanam modal, tetapi pemilik dan pengambil keputusan tunggal untuk proyek resor mewah di Labuan Bajo. Langkah pertamanya adalah mengaktifkan hak veto barunya. "Ganti nama proyek. Aku tidak peduli apa nama sebelumnya. Nama resor itu sekarang adalah Solis Bay," perintah Alex kepada Tony, yang kaget karena bosnya kembali ke mode 'agresif' dalam sekejap mata. Solis. Matahari. Nama yang digunakan Ceicillia di Florenze, nama yang ia yakini mewakili kedamaian bagi istrinya. Alex mengirim pesan diam-diam: Aku tahu itu kamu, Cesi. Dan aku sedang menuju ke sana. Alex terbang ke Labuan Bajo pada pagi berikutnya. Kali ini, ia mendarat bukan sebagai Al
Nickolas Marcus menatap Alex, matanya tidak lagi berbinar bangga, melainkan penuh keraguan dan keterkejutan. Alexander Goldman yang di hadapannya bukan lagi pria yang patah hati dan melankolis setahun yang lalu, tetapi predator bisnis yang haus dan kejam. "Tiga kali lipat, Alex? Kau serius? Total pendanaan untuk penyelesaian dan operasional hingga grand opening adalah sekitar 500 juta USD. Kau bicara tentang 1,5 miliar USD untuk mayoritas saham di sebuah resort? Itu gila!" Nick berseru. Alex tersenyum. Senyum itu tidak menjangkau matanya, tetapi itu adalah senyum seorang pemenang yang sudah mengunci target. "Bukan gila, Nick. Itu namanya over-acquisition. Aku tidak mau ada proses negosiasi berlarut-larut. Aku mau proyek itu selesai dalam dua minggu ke depan, dan aku ingin menjadi penanam modal utama, dengan hak veto penuh, efektif hari ini." Nickolas ter
Dua hari kemudian, Alex Goldman secara resmi menyerahkan operasional harian perusahaan kepada dewan direksi. Ia mengosongkan jadwalnya, mengaktifkan kembali semua detektif swasta di seluruh benua, dan mulai mengemas tas. Kali ini, Alex tidak membawa tas kerja atau dokumen bisnis. Dia hanya membawa paspor, sebuah cincin kawin, dan tekad yang membara. "Jika Ceicillia tidak ada di tempat-tempat yang dia sukai seperti Florence, maka dia pasti ada di tempat yang dia butuhkan. Tempat yang memberinya ketenangan." "Indonesia! Negara asal Miranda, ibu kandung Ceicillia. Pasti dia akan pulang ke sana setelah puas bepergian. Karena di sanalah 'rumah' bagimu." "Tapi Indonesia itu besar sekali. Harus dari mana aku mulai mencarinya?" Setahun yang lalu Alex sudah ke Indonesia untuk mencari istrinya yang hilang. Dia menemui Miranda, bahkan menc
Setahun berlalu setelah Alex sadar dari koma. Dan dalam setahun itu, satu-satunya hal yang masih hidup dalam diri Alexander Goldman adalah detak jantungnya. Semua yang lain seperti jiwa, mimpi, tawa, harapan telah lama mati. Dia tidak lagi kembali ke rumah. Rumah hanyalah bangunan tak bernyawa bagimya. Tempat pulangnya adalah kantor Goldman Holding, tempat dia bekerja seperti dewa dengan menyiksa diri sendiri. Dia tidak tidur di ranjang yang hangat di kamar, melainkan di kamar istrirahat yang ada di kantor Perusahaan utama Goldman. Alex kini tida hanya memimpin Goldman Tech, tapi juga seluruh perusahaan Goldman Holding. Menjalani masa percobaan yang diberikan oleh William kepadanya, untuk menilai apakah Alex sudah pantas untuk memimpin semua badan usaha di bawah nama besar Goldman. Di bawah kepemimpinannya, Goldman Holding tidak hanya pulih dari masa sulit, tetapi juga mencapai tingkat kesuksesan yang belum pernah d
Alex tahu, dengan semua koneksi dan kekayaan yang ia miliki, dia bisa menemukan Ceicillia. Ceicillia mungkin mengubah nama dan identitas, tapi dia tidak bisa mengubah DNA-nya. Alex bisa melacaknya. Namun, Alex tidak melakukannya. Jauh di lubuk hatinya, ada suara lemah yang berbisik. 'Biarkan dia bahagia. Biarkan dia bebas, seperti yang dia mau.' Alex mengepalkan tangan, membiarkan kemarahan menguasai logikanya. 'Tidak. Aku tidak akan membiarkannya bahagia tanpa aku!' Dia kembali menegakkan posisi duduknya di jok mobil, mengambil keputusan baru yang tergesa-gesa. Perburuan mungkin telah berakhir di Florence, tetapi perang belum selesai. 'Alex Goldman tidak pernah lari dari perang.' Alex membuat keputusan bahwa dia akan berhenti mencari jejak di masa lalu, dan mulai menyusun strategi untuk masa depan.
Alex memutuskan untuk tidak menyerah untuk mencari Ceicillia. Dia kembali ke apartemen miliknya yang kini sepi. Di sana, aroma Ceicillia masih samar-samar. Dia duduk di lantai di ruang kerja Ceicillia, tempat dia menemukan kotak yang berisi beberapa barang peninggalan sang istri. Ada sebuah buku catatan tua dan beberapa post-it yang ditempelkan di bawah tumpukan majalah yang dia tinggalkan sebelum pergi. Di buku catatan itu, Alex menemukan tulisan tangan Ceicillia tentang rencana jangka panjangnya. “Jika suatu hari aku harus pergi, aku akan kembali ke tempat yang tenang. Kota kecil yang jauh dari hingar bingar, tempat aku bisa memulai dari awal dan mengajari orang-orang untuk menghargai seni.” Salah satu post-it memiliki coretan yang tampak seperti logo sebuah galeri seni kecil, dengan nama tempat yang asing: "Solis Art Space – Firenze." Firenze (Florence). Italia. Kota seni, keindahan, dan tempat persembun
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments