All Chapters of KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA: Chapter 171 - Chapter 180

“Apa?” Geo tersenyum menunggu balasan sang istri.“Aku sudah memikirkan ini masak-masak." Bianca menarik napas, lalu menatap suaminya mantap. “Bagaimana kalau kita pindah ke mansion orang tuamu saja?”Geo sontak terdiam. Tatapannya yang penuh sayang kini berubah menjadi keterkejutan yang tak bisa ia sembunyikan. Ia mengerjap, memastikan apakah telinganya tidak salah dengar.“Kamu… serius, Bi? Pindah ke mansion?" tanyanya pelan, hampir tidak percaya.Bianca mengangguk, meski ada sedikit gugup di wajahnya. “Iya. Aku tahu selama ini aku bersikeras ingin hidup mandiri, punya rumah sendiri, tidak bergantung pada siapa pun.” “Tapi setelah semua kejadian—rapat di rumah, gosip tetangga, bahkan anak-anak yang jadi ikut terganggu—aku merasa mungkin itu bukan jalan terbaik sekarang.”Geo masih menatapnya, seakan butuh waktu mencerna usul itu. Ia tahu betul betapa kuat pendirian Bianca sejak awal, betapa ia selalu ingin membuktikan bahwa dirinya mampu berdiri di atas kaki sendiri.“Sayang…” ucap

Pagi itu suasana rumah Bianca terasa berbeda. Bukan karena suara pekerja yang sibuk mengemas barang—karena hal itu tak pernah terjadi. Begitu Geo menyampaikan keputusan untuk pindah, Marissa langsung mengambil alih urusan. Dalam waktu satu malam, seluruh staf mansion sudah menyiapkan kamar utama, kamar si kembar, ruang belajar Bianca, hingga ruang kerja Geo. Semua perabotan baru, barang-barang pribadi pun hanya dipilih yang merupakan kesukaan Geo, Bianca dan si kembar.Bianca hanya duduk di ruang tamu sambil memandangi anak-anaknya yang asyik bermain. Blue sedang membaca buku, sementara Grey sibuk dengan permainan golf online. Ia sempat merasa bersalah, seolah tidak ikut andil dalam urusan pindahan. Namun Marissa menelpon pagi itu, meyakinkan menantunya.“Sayang, kau tidak perlu khawatir. Semua sudah kami siapkan di mansion. Kamu hanya perlu membawa diri dan anak-anak. Mansion adalah rumahmu juga.”Meski begitu, Bianca tetap merasa ada sesuatu yang mengganjal. Selama ini ia berusaha

“Good morning, Nyonya Bianca,” bisik Geo.“Umm…” Bianca menggeliat dan melapisi tangan Geo yang memeluknya dari belakang. “Aku masih sungkan mendengar panggilan Nyonya itu.” Bianca bergumam malas.Geo mencium kulit bahu Bianca. “Biasakan. Di sini banyak pelayan yang pastinya kamu akan sering mendengar panggilan itu.”“Kalau aku nggak mau?” “Jangan begitu. Mereka bisa dipecat karena dianggap tidak sopan pada anggota keluarga Willson.”Bianca lalu membalik tubuhnya. Kini mereka bisa saling memandang wajah masing-masing. “Begitu ya kalau jadi orang kaya?”Geo tertawa gemas mendengar pertanyaan sang istri. Ia hanya menjawab dengan melumat bibir Bianca dan memberi sentuhan-sentuhan liar pada tubuh Bianca. Tapi tiba-tiba, Bianca menahan tubuh Geo yang sudah berada di atasnya. “Kita harus mandi dan bersiap. Blue dan Grey berangkat lebih pagi karena sekolah mereka jadi jauh dari mansion ini.” Bianca langsung menyibak selimut dan bergegas ke kamar mandi.Geo yang kadung sudah terbakar gaira

Malam harinya, mobil Geo meluncur tenang menuju pondok perkebunan tempat Taylor tinggal. Begitu sampai, Geo turun sambil membawa kotak makanan. Lampu di dalam pondok masih menyala, tanda Taylor belum tidur.Ketukan pelan di pintu membuat Taylor muncul. Ia tampak sedikit terkejut melihat Geo berdiri di hadapannya. “Geo?” suaranya berat, penuh waspada.Geo langsung masuk dengan wajah datar dan meletakkan bungkusan di meja. “Mommy mengirimimu makanan.”Taylor menatapnya beberapa detik. Matanya menatap bungkusan yangs edang dibongkar Geo.Geo membuka kotak makanan di meja kecil. “Sushi salmon. Mommy masih ingat kesukaanmu.”Taylor sempat terdiam, lalu duduk di hadapan Geo. Tatapannya mencair sedikit ketika aroma makanan itu memenuhi ruangan. Bahkan kini matanya berkaca-kaca.“Sampaikan salam hormat dan terima kasihku pada Mommy,” ucapnya sangat pelan.Geo mengangguk. Mereka makan dalam diam beberapa menit. Awalnya suasana kaku, tapi perlahan mulai mencair.“Aku ke sini juga untuk mengabar

Setelah menuntaskan pembahasan tentang Taylor, Geo dan Bianca berpamitan. Dalam perjalanan ke kampus, Bianca menerima pesan dari sekolah.“Geo, kepala sekolah Blue dan Grey mau bertemu dengan kita.” Geo mengerutkan dahi. Ia merogoh saku dan mengeluarkan ponsel lalu mengotak-atiknya sebentar.“Kenapa, ya? Aku lihat di CCTV, Blue dan Grey sedang tenang belajar di kelas masing-masing.”Bianca ikut menatap layar ponsel Geo. Suaminya benar, si kembar tampak sedang belajar. Lalu, apa yang membuat kepala sekolah ingin bertemu?“Jadi gimana aku balasnya?” tanya Bianca pada Geo.“Kamu selesai kuliah jam dua, kan? Setelah itu saja kita ke sekolah si kembar.”Bianca mengangguk dan mulai mengetikkan pesan untuk sekolah si kembar. Sampai di kampus, Bianca berusaha fokus pada kuliahnya meski masih mengkhawatirkan apa yang akan disampaikan kepala sekolah tentang putra-putranya.Menjelang sore, Bianca tiba bersama Geo di sekolah. Kepala sekolah, seorang wanita paruh baya dengan wajah ramah dan kacam