Lahat ng Kabanata ng Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia: Kabanata 61 - Kabanata 70

Paris Suasana kantor agency modelling begitu berbeda, CEO Maximo Brando kini selalu didampingi Celine pengganti sepupu Arabella. "Monsieur, laporan yang anda minta kemarin," ujar asisten meletakkan berkas di atas meja. "Oya, nanti rapat dengan desainer dan team acara Summer fashion show setelah makan siang." "Jangan konyol!" protes CEO jengkel. "Aku sudah berapa kali bilang, jangan terlalu formal bila sedang berdua begini." Asisten baru itu langsung melengos, dan ia pun beranjak mengejarnya. "Hey, apa-apaan ini?" Giliran Celine protes langkahnya dihadang pria brengsek. "Minggirlah, aku mau keluar, bukankah kau yang memaksaku bekerja di sini." "Kau itu judes amat 'sih, aku bossmu bukan seperti tamu club malam sering berlaku kurang ajar padamu!" Max menatap garang sekaligus senang berdebat gadis muda dan cantik yang dicium pertama kali di villa Saint Tropez. Bahu kokoh itu disingkirkan sambil mengomel, "Apa bedanya kau dengan mereka, punya uang banyak lebih sering mengatur da

Kedatangan Arabella dan Matteo disambut hangat oleh seluruh penghuni mansion. Kepala pelayan, Lorenzo, segera menyuruh Anna dan Hilda membantu mengurus bayi kesayangan Tuan Muda di kamar sebelumnya. Suasana kembali ceria di pagi yang cerah, namun ketika siang menjelang, tiba-tiba kedatangan seseorang yang lama tidak pernah mengunjungi mansion meskipun namanya terukir di sana membuat semuanya terkejut.Tuan Besar Constanzo, kakek dari Leonardo, tiba di Milan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Master Anthony langsung mengangguk hormat, "Selamat datang, Don. Senang berjumpa denganmu lagi dalam keadaan sehat seperti ini." Namun, Tuan Besar Constanzo hanya mengomel kesal sambil menyandarkan diri ke sofa tamu. "Uhmm... apa kau pikir aku sudah mati mendahului Dario, huh?" Tongkat kayunya yang selalu menemani kemana pun dia pergi diletakkan di atas meja.Dengan nada yang tegas, Tuan Besar Constanzo bertanya, "Di mana cucu sialan itu?" Tiba-tiba, suara Leonardo terdengar, "Aku di sini!" Suasana m

Pagi itu, kantor pusat di Milan dipenuhi dengan suasana yang berbeda. CEO Leonardo, didampingi oleh Arabella, memasuki ruang pertemuan dengan percaya diri. Pengawal pribadinya, Anthony dan Lawrence, menutup pintu dan berjaga di luar hingga pertemuan selesai. Para petinggi mafiosi Italia yang hadir dalam rapat terbatas itu terkejut melihat wanita muda berada di antara mereka. "Leon, siapa dia? Mengapa dia ikut dalam pertemuan ini?" tanya Don Alberto dengan gusar. "Ini rapat terbatas membahas hal penting. Sebaiknya keluarkan gadis itu dari sini!" teriak Don Marcus, yang tidak senang dengan kehadiran Arabella, menganggap Leonardo telah mengotori rapat mereka dengan membawa wanita muda ke dalam pertemuan yang seharusnya hanya dihadiri oleh orang-orang tertentu. "Dia asistenku berhak berada di sini atas perintahku. Jika kalian tidak suka, menyingkirkanlah dari sini!" tegas Leonardo sambil menarik sebuah kursi untuk Arabella. Pernyataan ini membuat semua orang di ruangan itu terdiam, m

Kejadian di kantor CEO tadi ternyata berbuntut panjang, Arabella menghindar dari Leonardo sampai pulang ke mansion. Master Anthony yang mengantarkan begitu terkejut melihat sikap kesal asisten yang membanting pintu mobil di depan mereka, lalu menoleh tajam ke belakang, sang pewaris yang belum beranjak dari kursi. "Apa yang terjadi lagi dengan kalian? Aku dengar dari Lawrence, istrimu datang marah-marah ke kantor, apa itu penyebabnya Bella marah padamu huh?" tanyanya penasaran. Leonardo menekan tombol membuka kaca jendela, dan membiarkan angin dingin menerpa wajahnya. Mobil yang terparkir di teras mansion, namun ia belum mau keluar menemui Arabella, khawatir membalas dengan sikap kasar mengakibatkan dia lari lagi. Disulutnya sebatang rokok putih mencari ketenangan dengan caranya sendiri. "Setan betina brengsek itu memang datang di saat aku dan Bella sedang bercumbu di sofa, nyaris menyerang dia seperti dulu, namun saat disampaikan undangan pesta langsung senang, dan pergi begitu

Suara bayi yang menangis kencang di dalam sebuah kamar menggugah pikiran Don Constanzo, dan dengan diam-diam melihat keadaannya. Sudah beberapa hari tinggal di mansion namun baru kali ini tertarik menatap jelas bayi bernama Matteo, keturunan dari cucu sialan Leonardo. Kesibukan para pelayan dan penjaga mansion di lantai bawah menyiapkan acara pesta nanti malam hingga luput memperhatikan seorang bayi yang tidur tanpa ditemani pengasuh lalu terbangun menangis sendirian "Oh, Tuhan, dia begitu persis dengan Dario!" desisnya berduka mengingat kematian putranya mendahului dirinya. "Manik mata biru terang menyala serupa Leon, sungguh memang Matteo bukan bayi sembarangan, tetapi buyutku!" Hati Don Constanzo tersentuh, jari mungil menggapai tangan pria tua seolah menyambut kehadirannya lalu berhenti meraung berubah tersenyum senang. "Hai Matteo, aku kakek buyutmu!" sapanya lembut meraih tangan kecilnya mengajak bermain. "Andai nenek buyut masih hidup, dia pasti bahagia melihatmu." Mul