Lahat ng Kabanata ng Gadis Pelayan Pemuas Tuan Mafia: Kabanata 81 - Kabanata 90

Leonardo terhenyak dan membanting pintu saat tiba di tempat kejadian perkara setelah Anthony memberi tahu kabar buruk tentang kecelakaan menimpa seorang wanita yang tertabrak mobil di jalan sunyi. Saat melihat sekeliling yang dipenuhi semak belukar, dia bertanya dengan nada heran, "Tempat apa ini?" "Dulu ini sebuah perkebunan kemudian tak digunakan lagi, pemiliknya sudah pindah ke kota besar, dan tanah dibiarkan begitu saja hingga banyak tumbuhan liar," kata Maximo menjelaskan, enam bulan lalu dia pernah melewati daerah ini yang akhirnya menemukan panti asuhan berjarak satu jam dari jalan tempat mereka berdiri. Master Anthony menyisir area yang begitu luas di sisi kiri, "Apa kau lihat di sana, terdapat sungai mengalir deras? Bella mungkin kabur dari tempat penyekapan mencari arah air yang mendekat dengan pemukiman warga!" Kacamata hitam Leonardo dibuka untuk melihat jelas situasi sekitar, "Ya, kau benar! Jika dulu ini perkebunan, maka dibutuhkan sebuah gudang penyimpanan. Ayo ki

Ketika Leonardo tiba di sebuah rumah sakit tempat korban kecelakaan dirawat, banyak kejanggalan terlihat di sana. Resepsionis tidak mau memberikan informasi lebih lanjut bahkan menutupi catatan medis pasien yang bersifat rahasia. "Maaf Tuan, kami hanya menjalankan tugas saja, di layar monitor tidak terdapat data korban wanita yang masuk ke sini," jawabnya dengan penuh ketakutan, memandang hampir sepuluh pria berbadan tegap mengepung lobby rumah sakit."Di mana ruangan direktur rumah sakit berada?" Leon bersikap santai, membolak balik kalender terpajang di atas meja mengingatkan sudah dua hari Arabella menghilang dari Milan. "Katakan cepat sebelum peluru pengawalku menembus kepalamu!" ancamnya dengan nada pelan, sambil melirik ke arah Master Anthony yang bersiap mengambil senjata di belakang jaket, menyingkirkan terlalu banyak birokrasi memuakkan yang menghambat pencarian tunangannya."Oh, maafkan, Tuan! Mohon jangan bunuh diriku, kasihan anakku masih kecil di rumah!" pinta resepsionis

Sebuah ambulans melaju keluar dari halaman rumah sakit, membawa pasien wanita koma ke tempat yang lebih aman. Di belakangnya, sebuah mobil pengantar mengikuti dengan dua orang pria berpakaian elegan di dalamnya.Aldo terus mengamati dari kejauhan, lalu bergegas menyusul mereka, dan melaporkan kepada Salvatore. "Aku menemukan jejak wanita itu ternyata dia mengalami kecelakaan dan dirawat di rumah sakit, tapi sekarang sedang dipindahkan ke suatu tempat!" Salvatore membalas laporan Aldo dengan gembira, membayangkan tebusan besar yang akan mereka terima. "Ikuti terus kemana dia pergi, jangan sampai terlepas lagi. Nanti aku susul ke sana!"Kemudian, segera menghubungi bos mereka, Tuan Fransesco, yang sedang mencicipi gadis cantik sebelum dijual ke klub malam. "Tuan, buruan kita sudah terlacak oleh Aldo di sebuah rumah sakit!" "Brengsek! Kerjakan semua sampai selesai, dan jangan pernah telepon aku lagi bila kalian belum membawa wanita itu ke sini!"Tuan Fransesco berteriak marah, merasa te

"Papa?" Seketika Xavier terkesima, melihat sang ayah di lobby hotel sedang menunggu kehadiran dirinya, lalu buru-buru menghampiri. "Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah sudah dibilang sebelumnya, biar aku yang mengurus masalahku sendiri, jadi Papa tidak perlu lagi datang jauh-jauh ke kota ini." "Kebetulan saja, aku sedang mengunjungi kolega di Madrid, jadi sekalian mampir menemuimu di sini. Apa yang kau lakukan dengan korban kecelakaan itu?" sidik petinggi mafiosi Italia, memancing informasi penting dari putranya. Xavier melirik tajam ke Damien, pengawal brengsek itu yang membocorkan hasil pelacakan mereka sampai ayahnya tiba di hotel tanpa pemberitahuan. "Eh Papa, sebaiknya kita berbicara di tempat yang sepi dan aman saja. Aku khawatir, musuh mengamati kita dari jauh dan membahayakan keselamatan semua." "Apa yang kau katakan barusan? Siapa yang berani mengancam anakku, huh-?!" Sontak, petinggi mafiosi Italia berdiri tegak didampingi tiga pengawalnya. "Kau tak bisa berlama-la

Pipi halus Bella diusap Leonardo pelan-pelan, sosok wanita yang dicintai terus menutup mata darinya. "Oh, sayang, maafkan aku tidak mampu melindungimu. Bangunlah Bella, aku sungguh mencintaimu sepenuh hatiku, dan anak kita sedang menunggumu pulang," sesalnya dengan nada pelan, menggugah kesadaran tunangan dari tidur koma yang panjang. Lalu, dicium kening yang dingin sebelum meninggalkan terbaring sendirian. Seorang pria sekeras apapun, hatinya menjadi lembut dan sendu ketika pasangannya sedang menderita di antara hidup dan matinya. Di luar kamar perawatan, Don Riccardo menyambut Leonardo, dan memeluk erat seperti seorang ayah baginya. Hubungan mereka lebih dari sekedar bisnis, Dario Constanzo kawan karib sejak muda dulu, namun sayangnya kematian tragis yang memisahkan persahabatan mereka, dan kini digantikan putra tunggalnya. "Leon, kau sudah aku anggap anakku sejak masih ada Dario Constanzo. Kehilangan seseorang memang berat dirasakan, tetapi jangan putus asa, Bella masih punya w