Xander masih terduduk di sofa, kedua tangannya menutup wajahnya rapat. Nafasnya berat, dadanya naik turun tak beraturan. Di balik sikap dingin dan wibawa yang selalu ia tunjukkan pada dunia luar, malam itu ada gejolak yang tak pernah ia perlihatkan pada siapa pun. Melihat air mata Alex tadi, air mata satu-satunya orang yang ia anggap putra kandung, bisa membuat benteng baja yang ia bangun selama puluhan tahun runtuh begitu saja.Perlahan, ia mengusap wajahnya kasar, berusaha menghapus jejak kelemahan yang muncul tanpa izin. Tubuhnya ditegakkan kembali, sorot matanya tajam meski sembab itu masih tersisa. Ia berdiri, berjalan pelan ke arah kandang anjing di sudut ruangan tadi. Doberman di dalamnya langsung menggonggong keras, menyalak penuh agresi.Xander berjongkok, menatap binatang itu. “Kau tau, Nero? Bahkan monster sepertimu pun bisa dilunakkan oleh kelemahan.” Suaranya lirih, tapi penuh makna. “Dan air mata Alex… adalah racun paling mematikan untukku.”Anjing itu masih menyalak, ta
Terakhir Diperbarui : 2025-08-28 Baca selengkapnya