Tubuh Malika seketika membeku. Matanya membesar, tangannya menutup mulut dengan gemetar hebat.“Jangan bilang…” suaranya tercekat di tenggorokan, tak sanggup menyelesaikan kalimatnya.Alex memejamkan mata kuat-kuat. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal di pangkuannya.“Iya,” bisiknya pelan, hampir tak terdengar“Waktu aku buka pintu setelah mendengar bunyi tembakan,” lanjut Alex, matanya memerah, “Ayahku jatuh dan tergeletak di lantai, aku berlari masuk, darahnya mengalir sampai ke kakiku. Aku masih ingat bau mesiu yang begitu menyengat. Aku lihat peluru itu menembus dadanya, dan senjatanya masih tergenggam di tangan. Aku panggil dia berkali-kali, aku guncang tubuhnya, tapi dia tidak bangun.” Malika terdiam, tubuhnya kaku. Dia sangat kaget luar biasa. Sementara Alex kembali melanjutkan kalimatnya. “Dia... dia menatapku, Malika. Di detik terakhir hidupnya, Ayah sempat melihatku dan tersenyum lagi, senyum yang sama seperti malam itu. Senyum getir saat dia melihat tubuhku bercu
Last Updated : 2025-11-13 Read more