“Jangan sekali-kali mengunci pintu, bich!” SERRR…Gadis itu menatapnya, sedikit menegang, tapi matanya tetap menantang. Ada ketakutan yang terselip di pupilnya, tapi keberanian untuk tetap berdiri tegak menandakan ia tidak ingin kalah sebelum permainan dimulai. Alex duduk di sofa, tubuhnya tegap, wajahnya datar, namun ada senyum tipis smirk yang menusuk, senyum yang bukan untuk menyambut, tapi menandai dominasi, pengingat bahwa wanita hanyalah objek, bisa dimiliki, dan bisa dihancurkan.“Baik, Tuan,” ucap gadis itu, suaranya pelan, menunduk sebentar sebelum perlahan melepaskan dressnya. Pakaian itu jatuh ke lantai, meninggalkan tubuhnya hanya dalam dalaman. Ia menatap Alex, mencoba membaca ekspresi yang tetap dingin, seolah tak ada apa-apa yang bisa menggoyahkan pria itu.Alex tidak bergerak. Ia duduk seperti patung, wajahnya tetap datar, matanya setengah terpejam. Niatnya jelas, bukan untuk kenikmatan, tapi penghancuran. Setiap langkah gadis itu seakan diperlambat oleh ketegangan,
Terakhir Diperbarui : 2025-08-17 Baca selengkapnya