All Chapters of Kecanduan Setelah Menikah: Chapter 51 - Chapter 60

Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, Zayden sudah kembali. Zoey berdiri di pintu masuk untuk menyambutnya.Wajah Zayden terlihat merah karena diterpa salju dan angin. Dia juga mengembuskan asap putih karena udara yang dingin. Rambutnya terlihat basah karena salju yang mencair, sedangkan tangannya yang memegang kantong plastik hitam menjadi sedikit kaku.Dengan malu-malu, Zoey menepuk-nepuk sisa salju di rambutnya. Dia menutupi pipi Zayden yang dingin dengan kedua tangan, lalu mengambil kantong plastik dari tangannya dan meletakkannya di samping. Selanjutnya, dia memegang tangan Zayden yang besar dan meniupnya."Kamu perginya buru-buru banget, juga nggak ganti baju yang lebih tebal, lagi." Dengan tingginya 166 sentimeter, Zoey masih harus berjinjit untuk mencapai dagu Zayden. Zayden pun tersipu dan sengaja merendahkan tubuhnya agar memudahkan gerakan Zoey. Suhu tubuhnya tiba-tiba meningkat dan tubuhnya langsung menjadi hangat.Zoey berusaha bersandiwara menjadi istri yang perhatian.

Kemarin, langit masih bersalju. Hari ini, matahari bersinar cerah.Jalanan yang basah membuat sepatu bot Zoey yang seputih salju terciprat banyak air berlumpur."Kamu kenal dekat sama ibuku?" Dari percakapan keduanya, Zoey bisa menebak bahwa Zayden sepertinya lebih sering berinteraksi dengan Siena daripada dirinya sendiri."Tiga tahun lalu, aku pernah tinggal di sini selama beberapa bulan," jawab Zayden dengan mata meredup.Siena tidak pernah mengizinkan orang luar menginap di rumah, terutama pria.Tiga tahun yang lalu ....Zoey masih ingat. Pada liburan musim panas tahun itu, Josephine pernah membawa seseorang datang dan menetap di sini. Orang itu duduk di kursi roda dan mengunci diri di kamar sepanjang hari. Dia tidak pernah keluar maupun berbicara. Bahkan jendelanya pun tertutup sepanjang hari.Zoey tidak pernah melihatnya, baik ketika orang itu datang maupun pergi. Apa orang itu adalah Zayden ....Zoey melirik kaki Zayden, tetapi tidak menemukan apa pun. Ketika hendak menanyakan s

Zoey hanya dapat mendengar suara angin yang berembus dan napas berat Zayden.Zoey meronta karena takut orang yang lewat akan melihat mereka. Ini masih siang bolong dan akan memalukan jika ada orang yang melihat mereka bermesraan. Namun, makin dia mendorong Zayden, Zayden malah memeluknya dengan makin erat.Pinggang ramping Zoey ditekan ke otot perut Zayden yang keras, sedangkan kakinya sedikit terangkat dan hanya ujung jarinya yang menopang tubuhnya.Zoey mencengkeram erat sweter wol di dada Zayden sambil memejamkan mata. Dia tidak berani menatap ilusi di sekitarnya ataupun Zayden. Dia menepuk-nepuk dada Zayden dengan lembut dan ciuman Zayden menjadi makin lembut. Zayden menggenggam belakang kepala Zoey dengan sebelah tangan sehingga ciuman mereka makin dalam. Aroma Zayden terasa segar, dengan sentuhan manis yang samar.Zoey pun melunak dan membiarkan bibirnya dibuka secara paksa. Gelombang panas yang disertai rasa manis menyerangnya dan dia tak kuasa menahan erangan. Dia sudah kehila

Zoey bukanlah tipe orang yang mudah mengakui atau menerima seseorang. Dia tidaklah sentimental.Bahkan setelah mengetahui pengkhianatan Harry, Zoey juga memberi dirinya waktu sebulan untuk menenangkan diri sebelum membalas dendam. Dia merasa dirinya cukup rasional. Namun, Zoey sepertinya terlalu terburu-buru dalam hal pernikahan kilat ini. Hanya karena mereka berdua pernah tidur bersama dan dua insiden penumbangan pintu itu, dia pun memilih Zayden tanpa ragu.Zoey berulang kali bertanya dalam hati, seorang pasangan yang baik itu seperti apa? Dia merasa tidak ada jawaban yang cocok, tetapi dia merasa Zayden termasuk pasangan yang baik."Lagi mikir apa?" Zayden keluar dari kamar mandi dengan mengenakan piama sutra longgar. Rambutnya masih basah dan ada sedikit embun di kacamata tanpa bingkainya sehingga tatapannya tidak terlihat jelas.Zoey sedang duduk di tempat tidur sambil memeluk bantal dan termenung. "Nggak ada yang mau kamu tanyakan?""Ada." Zayden melempar handuk ke kursi di sam

Lima menit sebelum Fashion Week dimulai, Zoey baru bergegas kembali ke tempat duduknya. Pada saat ini, semua orang yang diundang telah tiba. Zoey duduk dengan terengah-engah dan mengangguk ke arah Zayden.Zayden melirik keringat tipis di dahi Zoey, lalu mengeluarkan sebungkus tisu dari sakunya dan mengeluarkan selembar untuknya."Terima kasih," ucap Zoey.Zayden tidak mengatakan apa-apa, melainkan bersandar di kursi. Tangan besarnya melingkari pinggang Zoey dan memeluknya dengan erat.Zoey menoleh ke arahnya. Sikap Zayden ini terlalu berani. Pantas saja mereka duduk di tempat yang paling sepi di antara mereka. Ternyata Zayden punya motif tersembunyi. Dengan tubuhnya yang besar, dia dapat menghalangi pandangan Harvey dan yang lainnya, lalu memeluk Zoey.Zoey segera bersandar dan menekan tangan Zayden di kursi. Sementara itu, Zayden tersenyum dan meremas pinggangnya dengan kuat."Ugh!" Zoey mendesah terkejut, lalu pura-pura batuk karena khawatir orang lain menyadari keanehan mereka. Rona