All Chapters of Terperangkap Cinta Tuan Muda Dingin : Chapter 31 - Chapter 40

Satu tamparan tepat sasaran menghancurkan keegoisan Topan seketika. Seketika ruangan menjadi sangat sesak, seolah angin pun tidak ingin bertiup di antara mereka.“Kau menamparku?” Suara Topan terdengar bergetar saking tidak percaya dengan sikap Helena yang semakin menjadi.Selama menikah, Helena dikenal begitu penurut dan mencintainya, tetapi setelah kejadian malam itu. Helena seketika berubah dan tidak lagi melihat ke arahnya. Bahkan tatapan penuh cinta yang ia dapatkan kini tidak pernah terlihat lagi.“Aku ingatkan padamu,” ujar Helena seraya menunjuk ke arah Topan yang masih memberi, “aku tidak sama sepertimu yang tidak punya harga diri.”“Tidak mungkin kau langsung berubah jika bukan karena dirinya,” kata Topan tersadar, “apa sekarang kau menyesal sudah membatalkan pertunangan kalian? Kau ingin kembali padanya dan memaksaku menandatangani surat cerai!”Helena mengerutkan kening ketika Topan bertepuk tangan dan duduk kembali di ranjang miliknya. “Kuingatkan sekali lagi padamu. Kamu

“Apa katamu?” Reygan sampai menyemburkan minumannya saat Fandy melaporkan kejadian saat bertemu dengan Helena pagi tadi. Ia meremas botol dan ingin menempelkan pada asistennya agar sadar.“Pak, saya tidak ada pilihan lain.” Fandy berkata dengan gugup, berharap kali ini mendapatkan kesempatan liburan atas kerja kerasnya.Mendesah pelan, Reygan memijat pangkal hidung. Ia melihat ke arah pintu masuk dan menemukan Alea masuk dengan senyum lembut ke arahnya, “Kau di sini?”Duduk dengan nyaman seraya meneguk sisa minuman milik Reygan dan mengangguk. Alea menatap Fandy yang terlihat acuh padanya tidak seperti biasanya. “Kebetulan, aku dan timku berada di sebelah dan tidak sengaja melihatmu di sini.”Alea melihat sekeliling, tidak ada siapa pun selain mereka bertiga di sana, sepi bahkan tidak ada suara musik yang menemani, “Jika tidak keberatan bergabunglah di sebelah. Kita bisa bersenang-senang bersama,” ajaknya.“Pergilah. Aku masih ada yang harus dibicarakan dengan Fandy.”Bibir Alea cembe

Tubuh Reygan dengan cepat dijatuhkan ke samping, sedang Helena dengan cepat berdiri dan menjauh dari ranjang yang muai panas oleh gairah sang pria yang tanpa sadar menguar.Kedua tangan Helena menjaga tubuhnya yang sudah mulai merasakan panas. Ia menatap Reygan semakin menakutkan, apalagi dengan senyuman kecil yang di bibirnya.“Jangan macam-macam.” Suara Helena terdengar ketakutan, ia tidak akan melakukan pengkhianatan berulang kali seperti yang Topan lakukan padanya.Mendengus kecil, Reygan menegakkan tubuhnya dan bersandar pada badan ranjang. “Topan bahkan dengan terang-terangan mengkhianatimu. Bukankah ini adalah kesempatan balas dendam padanya?”Memalingkan wajah, Helena tidak berniat mengatakan apa pun, ia hanya tersenyum getir mengingat kembali bagaimana Topan yang tak henti membuatnya marah selama mereka menikah.“Tidak perlu mengungkit lukaku.” Suara Helena terdengar sedih. Ia menarik napas panjang, kemudian berbalik dan meninggalkan kamar Reygan ke arah dapur.“Aku mengacau

Seperti yang Topan inginkan, Helena dan Sinta datang ke kafe tempat mereka janjian. Ia berdiri menyambut sang istri, tetapi perlakuan Helena selanjutnya membuat Sita diam-diam terkekeh.“Bersihkan dulu dirimu. Aku tidak mau orang lain salah paham mengira itu ada perbuatanku.” Helena menoleh seraya berbisik melihat tanda merah di dekat leher Topan.Awalnya, Topan tidak mengerti, tetapi ketika Sinta menunjuk area yang Helena maksudkan, barulah ia berdehem dan menyembunyikan itu dengan kerah bajunya.“Duduklah.” Topan menarik kursi untuk istrinya, lal memperkenalkannya dengan wanita yang berada di hadapannya sejak tadi.Senyum lembut Helena memecah kecanggungan yang yang sejak tadi sudah memenuhi ruangan. Helena menatap Topan yang segera sadar untuk memperkenalkan model yang susah payah di bawanya.“Dia adalah Iren–kami dulu pernah berteman. Aku berencana menjadikannya model busana yang kau rancang.” Topan menatap Irene penuh harap, berharap wanita itu tidak berubah pikiran untuk bekerja

“Pergilah. Aku bisa kembali dengan Sinta,” ucap Helena memotong ucapan suaminya.Ia lantas menoleh pada Dewi yang terlihat marah, tetapi tidak bisa melakukan apa pun karena banyak orang yang memperhatikan mereka, “Ibu, ikutlah dengan Topan. Setelah mengantarmu kembali, biarkan Topan membawa Hani ke rumahnya.”Kesal dengan putranya, Dewi meraih tangan Helena segera, ia tidak ingin menantunya makin salah paham pada hubungan Topan dan Hani yang jelas-jelas sudah di luar batas.“Nak, jangan pikirkan aku. Kamu adalah istrinya, seharusnya kamulah yang pulang dengan Topan bukannya wanita lain.”Malas dengan drama yang ibu mertuanya lakukan. Helena tersenyum lembut, “Baiklah. jika itu yang Ibu inginkan. Tapi, bagaimana dengan Topan, mungkin saja dia–”“Ibu, mengertilah. Jika Helena kembali padaku, bagaimana dengan nona Sinta. Hanya Helena yang tahu di mana dia tinggal,” tukas Topan menolak secara halus, “lagipula. kau sudah lama di sini. Biar aku mengantarmu lebih dahulu, ya.”Lagi-lagi, Hele