All Chapters of Terperangkap Cinta Tuan Muda Dingin : Chapter 11 - Chapter 20

Fandy tidak berani menjawab, ia memilih diam dan membiarkan bosnya untuk menyelesaikan perasaannya sebelum terlalu jauh. Ia melirik Reygan sesaat. “Tawaran nenek Anda tentang perjodohan sepertinya tidak buruk, Pak. Bagaimana kalau–”“Aku tidak akan menikah dengan wanita manapun, Fandy,” bantahnya, “tunggu di bawah, aku akan bersiap.”“Saya permisi Pak.” Fandy berdiri, lalu undur diri._______________“Tuan besar, nona Helena dan tuan Topan kembali,” lapor pelayan pada Vincent yang berada di halaman belakang dengan beberapa ekor anjing miliknya.“Minta mereka menunggu,” katanya seraya tersenyum simpul, ia berdiri dan bersiap bertemu dengan anak menantunya. Sementara menunggu ayahnya bertemu, Helena masuk ke dalam kama, meninggalkan Topan sendiri di ruang tamu yang sibuk dengan ponselnya sendiri.Tidak berselang lama, Vincent masuk ke dalam rumah, bertemu dengan menantunya. “Di mana Helena?” tanyanya pada pelayan.“Ayah mertua–”Vincent meminta Topan duduk, mengabaikan ucapan menantun

“Benarkan?” Topan semakin mengeratkan pegangannya, “bersikap manislah, aku tidak akan membawa Hani dalam acara ini demi dirimu,” katanya mengira jika perubahan Helena selama beberapa minggu karena ingin diperhatikan.Topan menatap istrinya dalam-dalam, Helena terlihat begitu cantik, entah sejak kapan, tetapi setelah menikah lama, ia baru sadar jika istrinya sangat cantik.“Lupakan juga keinginanmu yang ingin bercerai denganku. Lihatlah, bagaimana kau dulu memaksa untuk menikah denganku,” ucap Topan tersenyum lembut, “aku bisa berbuat baik padamu mulai hari ini, tetapi jangan memaksaku untuk tidak berhubungan pada Hani, dia–”“Gila!” sentak Helena melepas tangannya, “kau memang gila dan tidak tahu malu. Kau pikir aku apa, Topan!”“Kecilkan suaramu,” ujar Topan mendesah, “lebih baik kita segera masuk dan mengucapkan selamat pada nyonya besar, jangan sampai kerja sama kita berhenti karena kekanakanmu.”Topan berjalan lebih dahulu, melangkah dengan angkuh meninggalkan Helena di belakangny

Sepanjang hari, Tpan tidak bisa tenang dengan perkataan Hani. Perubahan Helena dan tatapan Reygan pada istrinya memang terkesan berbeda. Akan tetapi, ketika mengingat bagaimana Helena yang rela meninggalkan kekayaan yang melimpah hanya untuk mendapatkan perhatiannya, kecurigaan itu memudar.Ia berdiri, meraih jas miliknya dan keluar dari ruangan dengan terburu. Di depan pintu, ia bertemu dengan Hani yang hendak masuk membawa dokumen untuknya.“Sayang kau mau kemana?” bisik Hani melihat penampilan Topan yang sudah rapi.“Aku ada urusan mendadak, kau tinggal dan atur semua seperti bisa.”Topan melangkah cepat, tidak menghiraukan wajah merah Hani yang tidak rela ditinggalkan sendiri. Wanita yang sudah lama bersama Topan itu hanya bisa pasrah dan bersabar sampai semua bisa terungkap dan dia menjadi nyonya Topan selamanya.“Mungkinkah pak Topan terburu-buru ingin bertemu dengan bu Helena,” bisik karyawan lain dengan kepergian Topan.“Sepertinya, sekarang bu Helena semakin cantik, pantas sa

Setelah keluar dari apartemen milik Helena, Reygan tidak langsung ke kantor, melainkan mengunjungi kafe dan bertemu dengan klien langsung tanpa ditemani Fandy atau pun sekretarisnya.Mereka membahas semua dengan rindu, bagaimana cara mendapatkan komisi tinggi dengan cara lebih mudah.“Saya sangat berterima kasih karena Pak Reygan sudah bersedia membahas ini bersama kami. Karena itu, sebagai tanda terima kasih kami. Tolong datanglah di acara peresmian tiga hari lagi.”Reygan mengangguk pasti. “Saya akan datang.”Waktu terus berjalan, pembahasan mereka akhirnya selesai. Tanpa membuang waktu lebih lama, Reygan kembali ke kantor, setelah itu mengabarkan pada Fandy bahwa satu proyek mereka sedang berjalan.Tidak membutuhkan waktu lama, cucu tunggu nyonya Sari itu, tiba di kantor. Reygan disambut hangat oleh Fandy yang sejak tadi gelisah menanti kembalinya bosnya. Sudah beberapa orang menelepon dan menginginkan bosnya segera hadir.Fandy membuka pintu dengan wajah bingung, sebab Reygan masu

Reygan melirik pada kumpulan para pria yang tengah asik dengan minuman dan para wanitanya. Ia tersenyum kecil, ketika melihat Topan yang terlihat putus asa.“Bos, haruskah kita menyapa?” bisik Fandy seraya berdecak kecil.“Untuk apa? Tidak mungkin membahas soal pekerjaan di tempat ini,” tukas Reygan acuh sambil meneguk minuman miliknya.Mendesah pelan, Fandy mengangguk paham. “Ya, Anda benar. Kita datang untuk bersenang-senang, tidak harus membicarakan soal pekerjaan terus menerus.” Fandy segera duduk, meraih gelas miliknya dan meneguknya cepat. Ia memejamkan mata, merasakan sensasi hangat dan pahit pada tenggorokan. Namun, inilah yang diinginkan setelah seharian bekerja sangat keras di kantor.“Pergilah nikmati malam ini. Aku harus kembali.” Reygan segera berdiri dari duduknya dan meraih jas miliknya dan berlalu.Malam itu, Reygan tidak langsung pulang ke rumah atau pun apartemen baru miliknya. Pria itu, memutuskan untuk berdiam diri di pinggir pantai tidak jauh dari jalan menuju a