Helena duduk seorang diri, menyaksikan para tamu undangan yang terlihat mencari muka satu sama lain. “Ch, aku tahu, mereka semua hanya berdusta,” gumamnya menatap malas lada semuanya. Tatapannya tertuju ke arah Topan—suaminya yang tampan dan berkarisma. Pria itu, adalah cinta pertamanya, tetapi dia bukan cinta pertama bagi Topan. “Sangat miris sekali,” desahnya memikirkan nasibnya yang malang. Helena menyesap pelan minuman di tangannya ketika Hani datang mendekatinya dengan wajah palsu. “Selamat malam, Nyonya,” sapanya, “jika tidak keberatan, aku bisa menemanimu di sini.” “Jangan pura-pura baik padaku, Hani. Pergilah, wangi parfummu membuatku mual.” “Kau!” Hani memejamkan mata, ia mendekat ke arah Helena dan duduk di sebelahnya. “Dengar, ya. Topan itu tidak mencintaimu, jadi tolong sadar diri dan bercerai saja darinya,” bisik Hani mencoba terlihat tenang di antara banyak tamu. Ia menatap Helena lagi, tatapan wanita itu tetap sama—datar dan tidak berperasaan padanya, “Jangan ki
Last Updated : 2025-07-24 Read more