All Chapters of FWB (Friend with Bonus): Chapter 21 - Chapter 30

"Sekalipun gue pernah mengalami masa menyakitkan, tapi beruntungnya berkat Juan, kehidupan sosial itu terselamatkan. Gue bisa berteman, berbaur dengan orang lain bahkan bisa pacaran. Walau soal tidur bersama ... itu memang nggak akan pernah bisa terselamatkan."-Givanya Nantika Soekma-***"Mau batalin pernikahan kita nggak?"Sebuah tanya yang sederhana namun ternyata bisa membuat si yang ditanya jelas terkejut bukan main. Sehingga dengan cepat ia meletakkan laptop di meja, merubah posisi duduk menjadi menghadap Giva dan memasang wajah serius."Gue nggak salah dengar?"Dalam ekspresi Juan yang sulit diterjemahkan itu, Giva mencicit dalam hati. Perihal Juan yang mungkin merasa senang. Karena bagaimanapun, Alysa dan eksistensinya, pernah begitu membuat Juan tergila-gila.Ah!Aneh sekali.Seharusnya Giva merasa senang juga bila Juan memang ingin membatalkan pernikahan mereka. Sebab beberapa waktu lalu, sebelum insiden kotak merah beludru menyita perhatiannya, seorang laki-laki dengan seg

Keduanya masih berada di apartemen yang sama; apartemen Juan. insiden kotak beludru berwarna merah mungkin sudah Giva lupakan sejenak, namun kekhawatiran Juan nyatanya masih menggebu-gebu. Memaksa ia menyetir langsung menuju apartemennya selepas acara pertunangan mereka.Jangan pertanyakan soal tanggapan ayah dan ibu mereka, hey, Juan dan Giva sudah sering tidur di apartemen satu sama lain. Nyatanya memang tidak pernah terjadi apa-apa selain Juan yang kena tinju, tendangan bahkan pitingan Giva.Itulah sebanya di mata Juan Giva bukan seorang perempuan."Tadi si Jay datang ya?"Segelas cokelat panas terhidang di atas nakas, mengambil alih atensi Giva dari buku Lang leav yang berjudul Loves Look Pretty On You. Juan sengaja membuatkannya untuk Giva ketika ia sendiri menenggak Heineken."Dih ... kok baik banget buatin cokelat?" tuding Giva curiga. Diletakkannya buku bersampul toska itu untuk kemudian meraih cangkir keramik berwarna putih berisikan cokelat panas."Hati-hati minumnya, masih

Agenda Juan dan Giva padat. Setelah pesta pernikahan yang mewah digelar kemarin dan malamnya mereka beristirahat di hotel –dengan tidur saling memunggungi–, pagi ini keduanya sudah berada di bandara untuk terbang ke Bali dan menikmati honeymoon yang telah diatur sedemikian rupa oleh keluarga mereka.Lupakan soal Giva yang memberikan alasan 'hamil' untuk menolak perjalanan ini. Sebab sang ibu, ayah dan dua mertuanya jelas tahu bahwa insiden pengakuan Juan soal kehamilan Giva jelas hanya akal-akalan Juan semata. Meski begitu, kedua belah pihak sekalipun terkejut, tetap bahagia karena cita-cita mereka berbesan akhirnya kesampaian.Bvlgari Resort Bali, Uluwatu dan siang hari dengan matahari mulai meninggi. Giva menyeret kopernya tanpa dibantu oleh Juan. Si laki-laki, sibuk memeriksa beberapa pekerjaannya di ipad. Sehingga bagi mereka yang tak kenal Giva dan Juan –juga tujuan mereka berada di resort ini– Giva lebih terlihat seperti seorang sekretaris yang mengantarkan bosnya bekerja diband

"Gue tidak menyangkal bahwa dulu –dikisaran SMP atau awal SMA– gue pernah memandang kagum Givanya. Menggumam sebelum tidur bahwa Givanya yang berani membunuh kecoa terbang itu sangat keren." -Juan Dirangga Moelya- Matahari sore itu –kepunyaan Bali – masih saja terik ketika jam di tangan Juan sudah menunjukkan pukul lima sore. Air kelapa dua buah telah tandas, menyisakan isi kelapa mudanya yang biasanya dihabiskan oleh Giva. Tapi sore ini, ada yang berbeda. Juan membiarkan saja kelapa itu tergeletak di pasir-pasir pantai tanpa dihabiskan. Sebab ia kini, menatap laut dan ombak hanya sendirian. Tidak bersama Givanya Nantika Soekma yang akan bersorak riang karena Juan memberikannya isi kelapa muda. Kejadian dua jam lalu masih membekas di kepalanya. Bagaimana ia kehilangan kendali, lupa akan semua batasan dan perjanjian. Ia hampir menyakiti Giva, ah ... atau Juan memang telah berhasil menyakiti Giva. Setelah kejadian itu, saat Giva memilih berbalik menghadap dinding dan akhirnya ter

"Dalam hidup gue yang sempurna itu, tidak pernah gue menyesali sesuatu hal. Bahkan perpisahan dengan Alysa; dulu, sekalipun. Tapi saat melihat koper Giva telah hilang dari penginapan, gue tahu bahwa gue akhirnya menyesal."-Juan Dirangga Moelya-***Juan berjalan dengan siulan-siulan manja layaknya aktor India dalam berbagai film best seller-nya. Menenteng jas di bahu, melangkah seringan bulu. Ia bahkan menggumam beberapa baris lagunya dari The Weeknd dengan starry eyes-nya ketika tangannya membuka pintu resort yang mereka sewa untuk tiga hari ke depan.Gelap.Kamar yang seharusnya mereka –dirinya dan Giva– tempati malam ini terlihat gulita. Dicarinya saklar lampu setelah lebih dahulu menyalakan flash dari ponsel.Hati Juan gundah. Kamarnya gelap dengan eksistensi Giva yang hilang. Ia bergegas mencari ke beberapa ruangan, hingga kolam renang dan pantry, pun kamar mandi telah ia telusuri, tak tersisa jejak Giva di sana.Ia jelas bergegas mencari nomor Giva untuk kemudian ingin ia hubun