Abian merasakan dadanya mencelos ketika melihat noda merah samar di pakaian dalam Reina. Tangannya gemetar, ia langsung menahan tubuh mungil istrinya erat di dadanya, seakan takut Reina runtuh kapan saja. Napas Reina tersengal, wajahnya pucat, dan mata berkaca penuh panik yang berusaha ia sembunyikan. “Sayang, tenang dulu. Kita harus ke rumah sakit sekarang juga,” bisik Abian, suaranya pecah dan tidak lagi setenang biasanya. Reina mencengkeram lengannya, tubuhnya bergetar hebat. “Aku… aku nggak tahu… Mas… perutku sakit banget,” gumamnya lirih, setiap kata keluar seperti torehan rasa sakit. Dengan tangan yang hampir tak stabil, Abian meraih ponselnya. Ia menekan nomor Julian, dering kedua langsung tersambung. “Jul, lo harus balik sekarang. Reina kesakitan dan ada darah. Gue nggak bisa nunggu.” Di seberang, suara Julian berubah serius. “Oke. Tenang. Gue balik bawa ambulance. Lo tetap sama Reina, jangan biarin dia pingsan.” Sirene ambulance meraung, membelah sunyi malam Nusa Dua. Su
Terakhir Diperbarui : 2025-11-19 Baca selengkapnya