“Reina—” Abian belum sempat memproses kata terakhirnya ketika Reina tiba-tiba menempelkan wajah di dadanya, memeluk pinggangnya erat. Energi menggoda yang tadi memenuhi udara perlahan menghilang, digantikan kehangatan yang lebih dalam. Dalam pelukan itu, keintiman berubah lembut dan menenangkan, seolah mereka sama-sama menemukan tempat pulang. “Mas,” gumam Reina pelan, suaranya serak oleh rindu. “Aku nggak cuma mau godain. Aku kangen.” Abian seperti kehilangan napas sejenak, tatapannya melunak. Tangan besarnya naik mengusap punggung istrinya perlahan, penuh rasa yang tidak pernah bisa ia sembunyikan. “Mas juga kangen,” bisiknya, hangat dan jujur. “Kangen kamu yang begini.” Reina mendongak pelan, senyum kecil terbit di bibirnya, pipinya memerah cantik. “Yang manis?” bisiknya. “Yang bikin Mas jatuh cinta setiap hari,” jawab Abian apa adanya, tanpa ragu sedikit pun. R
Last Updated : 2025-11-05 Read more