“Minum ini dulu,” ucap Abian, mendekati Reina yang kini duduk sambil memeluk lutut di pinggiran ranjang.Reina menoleh sekilas, lalu menerima mug itu tanpa suara. Dia menyeruput pelan, tidak memuji rasanya, tidak juga mengeluh. Setidaknya, tangannya sudah tidak gemetar lagi.Abian duduk di sofa seberang. Mengamati. Mengatur napas. Menimbang-nimbang apa sebaiknya dia ucapkan sekarang. Namun, keheningan itu tak bertahan lama.“Dia ninggalin kamu di tengah hujan,” suara Abian akhirnya memecah ruang. Datar, tapi jelas menyimpan nada marah. “Kalau aku datang lima menit lebih lambat—”Reina mengangkat wajahnya. “Kamu nggak perlu ngomong kayak gitu,” potongnya cepat.“Reina, dia ninggalin kamu. Di negara asing. Di malam yang—”“Aku nggak butuh kamu buat menilainya!” bentak Reina, suara yang biasanya tenang kini naik dua oktaf. “Kamu pikir, kamu lebih baik?”Abian terdiam.Reina b
Terakhir Diperbarui : 2025-08-05 Baca selengkapnya