Sepulang dari pusat perbelanjaan, dengan akhir suram sebab kehadiran Leona dan Abrasi, Garda melirik-lirik Daisha. Dalam hati berisik sekali ingin mengeluarkan banyak tutur kata, tetapi lidah Garda kelu. Namun, tak tahan. Di lampu merah akhirnya Garda ucapkan, "Maaf soal tadi." Daisha kontan menoleh dari yang semula menatap ke luar jendela. "Soal tadi yang mana?" "Itu ... Leona." "Oh. Kirain apa." Daisha menatap ke luar jendela lagi. Ada hal menarik di sana. "Momen kebersamaan kita jadi hancur gara-gara itu, maaf." "Nggak usah minta maaf, Kak. Kalaupun Kakak merasa sampai sehancur itu, kan, yang bikin hancur bukan Kakak. Lagi pula aku nggak pa-pa, kok. Eh, itu coba liat!" Daisha langsung mengalihkan obrolan. Garda menatap pada arah yang Daisha tunjuk. Di sana Garda tidak melihat apa-apa selain toko perhiasan dinding. "Apa yang dilihat?" "Toko pajangan itu, lho. Ada jual lukisannya gitu." Oh, itu. Iya, Garda melihat. "Mau beli lukisannya?" "Bukan, Kak. Aku ti
Last Updated : 2025-09-23 Read more