Raisa tak kuasa menahan senyum, dia lalu berkata, "Pak Bravi, Anda baik banget. Nggak perlu repot-repot beri saya hadiah.""Aku orang pertama yang menyaksikan perceraianmu, jadi aku harus memberimu hadiah."Raisa tiba-tiba mengerti mengapa Bravi, meskipun begitu arogan, memiliki begitu banyak teman.Dia dingin, tetapi juga sangat perhatian.Raisa mengingat kembali perjanjian mereka sebelumnya, dan berkata, "Pak, awalnya saya khawatir nggak bisa menangani Kevin sendirian, saya juga khawatir dia nggak mau bercerai, jadi saya minta bantuan Anda. Sekarang kami sudah resmi cerai, saya sudah nggak khawatir lagi. Tentang perjanjian lisan yang kita buat sebelumnya, ayo..."Bravi memahami niatnya dan bertanya dengan dingin, "Apa kau mau membuangku setelah pekerjaanku selesai?"Raisa berkata, "Nggak. Mana saya berani?"Bravi meliriknya dengan tenang, dan berkata, "Kevin nggak akan membiarkanmu pergi begitu saja."Wajah Raisa sedikit membeku.Kevin baru saja menggila, dia memang jelas terlihat ti
Baca selengkapnya