Semua Bab Tak Ada Kata Maaf Untuk Mantan Suami: Bab 221 - Bab 230

Setelah Richard bertanya, dia langsung mengonfirmasi identitas pria itu.Seorang gigolo.Dia sangat terkejut, bahkan keterkejutannya setara dengan jika dia mendengar Raisa akan rujuk kembali dengan Kevin.Richard mengandalkan keberanian dan rasa tidak tahu malunya, perlahan-lahan menjadi akrab dengan Raisa.Namun Raisa, terlepas dari sikapnya yang dingin, tampak cukup terhormat di mata Richard. Dengan kata lain, dia sama sekali tidak kelihatan seperti orang yang suka hidup bebas, Raisa lebih tampak seperti orang konservatif.Terutama dalam hal hubungan. Selama pertemuan mereka sebelumnya, Raisa tampak sangat tersiksa oleh Kevin. Richard selalu mencoba menjodohkannya dengan Bravi, tetapi Raisa sama sekali tidak peduli, seolah-olah tidak mengerti maksudnya.Kini Richard akhirnya mengerti. Raisa bukannya acuh tak acuh, melainkan sebelum menerima akta cerai, pikirannya sepenuhnya tertuju pada Kevin.Dan Bravi selalu ada di sana ketika dia bertemu Raisa.Dengan kata lain, dia tidak pernah b

Kevin diam tanpa berkata sepatah kata, meneguk minumannya perlahan. Perutnya terasa sedikit tidak nyaman, tapi dia hanya mengerutkan kening dan terus minum.Rey memperhatikan, tidak kuasa menahan diri untuk bertanya, "Lambungmu kan lemah, kenapa malah minum banyak?"Kevin berhenti sejenak, mencengkeram cangkirnya.Dia teringat sup pereda mabuk yang sering dibuatkan Raisa untuknya, atau bekal makan siang yang biasa dikirim Raisa untuk menjaga lambungnya...Dia harus akui, Raisa merawatnya dengan baik.Memikirkan hal itu, wajah Kevin tiba-tiba menjadi muram.Jika dia baru mulai merindukan kebaikan Raisa setelah bercerai, berarti dia bodoh sekali. Lagipula dia bisa beli sup pereda mabuk dan bekal makan siang yang lebih enak.Jadi, Raisa selalu bisa digantikan.Kevin tahu emosinya sedang tidak stabil, keadaannya pun tidak normal. Namun, itu juga karena keinginan Raisa untuk bercerai telah membuatnya kesal. Di mata Kevin, kalaupun terjadi perceraian, itu karena dia yang tidak menginginka

Raisa telah menyaksikan drama itu sejak awal.Baru sekarang dia menatap Richard dengan ekspresi yang tidak terlukiskan.Dia tidak mau berkomentar tentang profesi gigolo, tetapi kata-kata Richard dengan jelas membandingkan Rey dengan seorang gigolo.Sepupunya ini memang sungguh luar biasa.Rey menggertakkan giginya, dan berkata, "Maksudnya?"Richard menjawab, "Aku ini lagi muji ketampananmu. Kalau nggak, mana bisa dibandingin sama gigolo."Setelah itu, dia dengan sangat lancar bertanya kepada Derlin, "Iya, nggak?"Derlin yang sedari tadi fokus melayani pelanggan kayanya, tiba-tiba terkejut karena dibawa-bawa, dan tanpa sadar melirik ke arah Rey.Derlin tertegun.Astaga, dia hampir kehilangan separuh nyawanya!Pria itu memang tampan, tetapi tatapannya menakutkan.Richard bercanda dan mengolok-olok seseorang, tetapi pekerja paruh waktu itu yang malah menderita. Derlin berkata, "Pak Richard, mana mungkin aku bisa dibandingkan sama Pak Rey?"Saat mereka berbincang sebelumnya, dia telah men

Raisa menatap Kevin dengan wajah muram, dan langsung teringat dengan pertemuan mereka pada keesokan hari setelah menandatangani perjanjian cerai.Akta cerai mereka resmi dikeluarkan hari ini, dan sekarang secara tidak sengaja bertemu lagi dengannya saat memesan gigolo di bar.Betapa ironisnya nasib ini.Raisa mengamati Kevin dari atas ke bawah.Dia pernah berkelahi dengan Bravi, tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Kini pria itu berpakaian rapi, tidak menunjukkan tanda-tanda perkelahian sebelumnya.Kevin jarang diperhatikan Raisa dengan tatapan menilai gitu, ekspresinya semakin muram. "Ngapain kau di sini? Siapa dia?"Raisa tampak geli. "Apa lagi yang bisa dilakukan di bar selain minum? Apa Pak Kevin mau orang lain tahu kalau mantan istrimu nggak punya uang dan harus bekerja di bar?"Kevin berkata dengan dingin, "Jangan mengalihkan pembicaraan."Dia memelototi Derlin dengan tajam.Derlin menegang. Jika Rey di ruangan pribadi tadi bersikap bermusuhan kepadanya, rasanya lebih seperti candaa

Raisa tidak terlalu terkejut dengan kemunculan Bravi yang tiba-tiba.Lagipula, dengan Bravi di dekatnya, Kevin tidak akan bisa bertindak sembarangan, karena jika mereka benar-benar berkelahi di bar, kabar akan menyebar ke seluruh lingkaran elit pusat dalam waktu kurang dari setengah jam, dan kakeknya tentu akan tahu.Jika mereka mau berkelahi lagi, mereka mungkin akan mengatur pertemuan pribadi seperti yang mereka lakukan di Kantor Catatan Sipil.Tapi mungkin tidak akan ada kesempatan seperti itu lagi.Lagipula, mereka berdua adalah pria dewasa berusia dua puluh delapan tahun. Ada banyak cara untuk saling menyakiti, tidak harus dengan kekerasan fisik.Seperti yang Raisa duga, Kevin tampak tenang.Sebelumnya Kevin hampir kehilangan kendali, tapi begitu melihat Bravi, dia langsung tenang. Wajahnya dingin, tidak menunjukkan emosi lain.Kevin tersenyum dingin dan berjalan mendekati Bravi. Rey belum pernah melihat mereka berdua itu berinteraksi secara pribadi, tetapi mengetahui betapa bur