Nora sudah berusaha menahannya, tetapi sia-sia.Dari sudut matanya, Raisa melihat sekilas Dina yang datang ke arahnya. Dia mengernyitkan dahi dan berniat menghindar.Namun, Dina lebih cepat selangkah, mendekatinya dan berbisik dengan nada mengejek, “Kau tahu, nanti Siska akan hadir bersama kakakku? Aku beri tahu ya, kakakku menghabiskan puluhan miliar untuk membeli perhiasan dan gaun untuknya. Siapkan mentalmu ya, nanti kalau sudah bertemu jangan sampai patah hati. Tapi aku juga salut dengan keberanianmu, berani datang sendirian untuk mencari masalah.”Raisa tak menjawab.Melihat Raisa diam saja, Dina tahu bahwa ucapannya telah tepat sasaran. Dia pun merasa sangat puas.Tatapannya penuh dengan ejekan, “Kakak ipar, sebenarnya aku nggak sejahat itu kok. Tapi kamu duluan yang cari gara-gara, jadi jangan salahin aku kalau aku jadi nggak sopan. Nanti saat melihat kakakku baik banget sama Siska, aku pengen banget wawancarain kamu, gimana rasanya nyari sakit hati sendiri, enak nggak sih?”Din
Baca selengkapnya