Pertemuan Dua Bayangan Kabut pagi selalu datang lebih cepat di hutan Xuanluo, tebal dan dingin, bagai tirai yang memisahkan dunia dari cahaya. Di sini, burung-burung enggan berkicau, hanya sungai kecil dan gemerisik daun yang menandakan kehidupan. Tersembunyi di tengah hutan, di balik tebing dan semak berduri, berdiri gubuk reyot dari kayu tua dan batu. Di sanalah Putri Lin Yuexi dan pelayannya, Qingyan, menjalani hari-hari mereka, jauh dari istana dan kemegahan yang dulu mereka kenal. Setiap pagi, Qingyan mengumpulkan dedaunan obat dan jamur liar. Lin Yuexi, yang tubuhnya melemah karena racun, duduk di depan gubuk, menatap mentari yang berjuang menembus kabut. Tangannya pucat, jari-jarinya gemetar saat meraba kalung giok warisan ibunya. Wajahnya tak lagi secantik putri istana, kulitnya pucat, rambutnya kusut, namun sorot matanya tetap tajam dan berapi-api. “Qingyan,” lirihnya, “berapa lama lagi aku bisa melihat matahari seperti ini?” Qingyan berhenti, tersenyum meski matanya
Last Updated : 2025-10-07 Read more