All Chapters of Suami Berengsek, Istrimu Kini Hamil Anak Big Boss!: Chapter 11 - Chapter 20

Shanaya merasa sesak luar biasa.Namun, tetap saja dia tidak bisa melakukan perlawanan terang-terangan.Ingin bercerai, tetapi tidak bisa sepenuhnya memutus hubungan dengan Adrian.Ujung jarinya menekan-nekan pelan telapak jarinya sendiri, lalu menatap mata Adrian. "Lalu aku harus klarifikasi bagaimana? Sudah ada orang ambil fotonya."Mungkin karena terlalu lama diusik oleh Bianca, Adrian terlihat sedikit lelah. "Tapi wajah Bianca tidak tertangkap jelas dalam foto."Dada Shanaya terasa seperti disumpal spons basah, suaranya pun serak, "Maksudmu, aku harus berbohong pada netizen, bilang orang di foto itu aku?"Pertanyaannya sederhana dan lugas.Atau lebih tepatnya, dia sama sekali tidak menyangka Adrian akan mengajukan permintaan seabsurd itu.Dia pikir, paling-paling hanya disuruh keluar memberi pernyataan bahwa itu cuma salah paham, atau bilang perempuan dalam foto itu temannya.Adrian mengatupkan bibir tipisnya, suara terdengar tenang "Aku benar-benar tidak kepikiran cara yang lebih

Delara tidak mengikuti alur pikirannya."Kenapa? Sekarang dia bercerai, pasti berdampak pada saham Grup Pranadipa."Seorang CEO dari perusahaan terbuka, kalau bercerai, pasti akan memunculkan berbagai spekulasi dari luar. Mulai dari perubahan kepemilikan saham dan sebagainya.Harga saham pasti akan goyah.Shanaya tersenyum tipis. "Nanti kamu juga akan tahu.""Baiklah, kalau kamu sudah punya rencana sendiri. Aku tenang. Kalau kamu tidak ingin bersitegang dengan Adrian, aku bisa mewakilimu," kata Delara.Shanaya menggeleng pelan sambil tersenyum. "Tenang saja, Adrian tidak sekasar itu."Kalau saja insiden di internet itu tidak terjadi, dia memang sedikit berada di posisi yang kurang menguntungkan.Namun, sekarang, kendali ada di tangannya.Adrian, demi menjaga reputasi Bianca, pasti akan setuju bercerai.Tidak sampai harus bertengkar habis-habisan.Delara masih harus bertemu dengan seseorang, setelah memberi beberapa pesan singkat, dia bersiap pergi naik mobil.Sebelum pergi, dia teringa

Tepat sasaran.Tepat di kening.Darah menyembur jauh lebih cepat dibandingkan saat dia jatuh dari tangga pagi tadi.Adrian sangat terkejut, tubuhnya lebih cepat bereaksi dibandingkan otaknya!Dengan marah, dia menepis Shanaya dan suara dinginnya penuh kekecewaan. "Apa yang sedang kamu lakukan? Shanaya, jadi selama ini kebaikan dan kepatuhanmu cuma pura-pura?"Shanaya jatuh tanpa sempat menghindar, terpaku oleh tatapan dingin yang menuduh tanpa ampun.Benar.Semua itu hanya pura-pura.Kali ini, dia tidak ingin berpura-pura lagi.Adrian tidak menyangka luka Shanaya begitu parah, sampai kekuatan kecil darinya pun tak bisa ditahan, membuatnya sempat tertegun.Bianca memegangi keningnya, suaranya bergetar menahan tangis. "Adrian! Sakit sekali, darahku banyak keluar..."Dia langsung melupakan segalanya, menggendong Bianca dan berjalan cepat meninggalkan tempat itu.Tepat sebelum keluar pintu, dia menoleh ke belakang karena merasa tidak tenang.Hanya satu pandangan, dan jantung Adrian seperti

Shanaya melangkah ke gerbang keberangkatan, dan langsung melihat Davin.Pakaian kasualnya rapi dan bersih, tubuhnya tegap, wajahnya pun tampan.Dia juga sedang mencari Shanaya, dan pandangan mereka pun bertemu.Meski sudah saling mengenal bertahun-tahun, saat melihat Shanaya tanpa riasan, sorot matanya tetap memancarkan keterpukauan. Dia melangkah mendekat dan mengambil alih tas punggungnya.Pandangan matanya sekali lagi menyapu wajah Shanaya yang mungil, dan naluri profesinya langsung muncul. "Kamu pasti kurang tidur di rumah sakit, ya?""Sedikit."Beberapa hari lalu, ada seorang ibu-ibu yang jatuh dan dirawat di ruangannya.Orangnya sangat ramah, tetapi suara dengkurannya luar biasa keras.Begitu naik ke pesawat, Shanaya baru sadar tempat duduknya sudah berpindah ke kelas satu.Davin menangkap kebingungan di matanya, lalu menaikkan alis sedikit. "Agar kamu bisa tidur lebih nyenyak. Bagaimanapun, ini perjalanan dinas tanpa bayaran. Setidaknya kamu harus istirahat dengan layak."Setela

Beberapa tahun berlalu, pria itu telah banyak berubah.Wajahnya tegas dengan garis-garis tajam yang dingin, posturnya tinggi tegap, mengenakan setelan jas hitam yang dijahit khusus, di pergelangan tangannya tergantung gelang kayu. Seluruh tubuhnya memancarkan aura dingin dan jauh, membuat orang enggan mendekat.Itu adalah tekanan yang datang dari seseorang yang telah lama berada di puncak kekuasaan.Jelas, dia bukan lagi orang yang bisa dia kejar dan panggil kakak.Hubungan mereka sudah lama berubah.Banyak orang mengerumuninya, tetapi tak seperti Adrian yang selalu ramah dan penuh sopan santun. Setiap pujian atau sanjungan hanya dibalasnya dengan anggukan dingin. Dia bahkan enggan membuka mulut. Tatapan matanya yang gelap sempat melirik sekilas ke arahnya, lalu segera beralih begitu saja."Shanaya."Kebetulan Davin datang, mengendurkan ketegangannya. "Ayo, kita mulai acara gunting pita.""Baik."Shanaya segera mengangguk, berpura-pura tenang dan mengabaikan tatapan itu.Lagi pula, yan