All Chapters of Suami Berengsek, Istrimu Kini Hamil Anak Big Boss!: Chapter 31 - Chapter 40

Sejak naik ke mobil, Shanaya tak mengucapkan sepatah kata pun. Dia duduk diam bersandar pada kursi, menatap tak berkedip ke arah jendela, memperhatikan pemandangan kota yang terus melintas cepat di luar sana.Sudah lebih dari empat tahun mengenalnya, selain bijak dan penuh pengertian, di dalam dirinya juga tersembunyi kekuatan yang jarang dimiliki orang lain. Dia seperti bunga primrose yang tumbuh subur, tetap mekar meski dihantam angin dan hujan.Namun saat ini, dia terasa berbeda.Dia memang tidak bicara, tetapi Davin bisa merasakan ada kesedihan yang samar.Saat mobil berhenti di lampu merah, Davin menginjak rem perlahan. "Kamu baik-baik saja?"Sejujurnya tidak.Lucien terlalu tenang, seakan semua yang pernah terjadi di antara mereka bukanlah apa-apa. Seolah hanya Shanaya yang menyimpan dendam, hanya dia yang terlalu sempit hati, hingga terjebak dalam kenangan tanpa bisa keluar.Shanaya memang belum terbiasa mengupas isi hatinya di depan orang lain. Dia hanya tersenyum tipis. "Aku b

Dia mulai berpikir, apakah saat di Negara Jerma dulu dia benar-benar terkena kutukan?Kenapa bertahun-tahun tak pernah bertemu, tetapi belakangan ini malah sering sekali?"Shanaya, kamu sudah datang?"Rendy menyambut hangat sambil melambai padanya. "Masuklah."Beberapa teman Adrian juga menyapa dia.Dia mengepal telapak tangannya perlahan, lalu masuk dan menyapa satu per satu. "Kak Rendy, Kak Aditya…"Saat giliran Lucien, dia menekan bibirnya. "Pak Lucien."Semua orang di ruangan sontak terkejut.Begitu panggilan itu keluar, suasana seketika hening selama beberapa detik.Rendy dan yang lain sampai merinding.Lucien sendiri tidak marah. Matanya yang dalam menatap lurus ke arahnya, lalu tersenyum tipis, "Yang lain kamu panggil kakak, cuma aku yang bukan?"Shanaya terdiam.Berhadapan dengannya, Shanaya selalu terpancing bicara tanpa berpikir. Tanpa sadar, dia balik bertanya, "Memangnya kita ada hubungan apa?"Kalimat itu adalah kalimat yang pernah dikatakan pria itu sendiri tujuh tahun la

Shanaya biasanya hanya memberikan resep herbal kepada Bi Santi, jarang sekali turun tangan memasak sendiri.Namun, sejak tahu Adrian mengidap sakit lambung, setiap kali dia menghadiri jamuan, keesokan paginya selalu ada sup penyehat lambung yang sudah Shanaya siapkan sejak subuh. Satu mangkuk saja sudah bisa meredakan rasa tak nyaman di perut.Bi Santi tercengang sejenak. "Sup penyehat lambung? Nyonya Shanaya tidak membuatnya... itu setiap kali dibuat berdasarkan kondisi nadimu saat itu, aku pun tidak bisa menggantikannya..."Bukan hanya tidak membuatnya.Dia bahkan tidak pulang ke rumah.Adrian menyentuh perutnya, alisnya sedikit berkerut. "Akhir-akhir ini dia sesibuk itu?"Dua hari ini, bahkan bayangannya pun tidak terlihat.Shanaya pun sudah tidak peduli lagi pada kondisi tubuhnya.Dulu, setiap kali dia merasa sedikit tidak enak badan, gadis itu akan sibuk merebus ramuan sambil menjaganya, bolak-balik antara dapur dan ruang kerja.Mengaku sebagai dokter keluarga."Eh, ya, benar."Bi

Setiap kali selesai memakai masker yang baunya menyengat itu, Melani selalu merasa kulitnya tampak lebih halus dan cerah secara kasat mata. Satu pot kecil saja bisa memberikan hasil yang cukup tahan lama.Para nyonya kaya itu bahkan tak lagi tertarik melakukan suntik glowing, mereka malah bertanya apa sebenarnya yang dia pakai.Dia sendiri juga tidak tahu.Kalaupun tahu, dia juga tidak berniat memberi tahu.Sebuah mobil Maybach hitam melaju tenang di jalan.Di kursi belakang, Bianca meremas telapak tangannya, "Adrian, menurutmu nanti aku sebaiknya bicara apa? Tuan Arman...""Tidak perlu terlalu gugup, Tuan Arman itu orangnya ramah. Lagi pula, kamu punya bakat besar, pasti bisa menyambung mengobrol dengannya."Adrian bicara lembut. "Tapi, beliau sudah pensiun beberapa tahun. Belum tentu masih mau menerima murid lagi. Hari ini kita hanya bersilaturahmi dulu. Kalau tidak berhasil, baru kita cari cara lain.""Dia saja mau menerima Shanaya. Aku juga lulusan Universitas Kencana, masa aku tid

Sambil berbicara, dia melirik ke arah halaman, jengkel sampai janggutnya ikut bergetar. "Cepat bawa selingkuhan kecilmu pergi dari sini! Dan bawa semua barang-barangmu juga!""Jangan harap bisa menyuap aku dengan kebaikan-kebaikan kecil semacam ini!"Sekali menjadi guru, seumur hidup dianggap sebagai ayah!Shanaya itu bagaimanapun sudah seperti setengah anak perempuannya.Kalau dia tiba-tiba hilang akal dan mengiyakan, jangankan Shanaya, Melani pun akan menjadi orang pertama yang tidak akan melepaskannya."Pak Arman, selama Anda bersedia, syarat apa pun boleh Anda ajukan."Bianca masuk dan kebetulan mendengarnya. Dia berjalan ke sisi Adrian, menyelipkan rambut ke belakang telinganya, lalu berkata lembut, "Pak Arman, bagaimana menurutmu?"Arman terdiam.Dalam hati sedang berpikir untuk meracik ramuan pencuci mata setelah mereka pergi.Adrian menatapnya. "Pak Arman, Bianca tidak salah. Hari ini kami datang dengan niat yang tulus."Sikapnya memang sangat sopan.Namun, di dalam hati Arman,