Sudah seminggu sejak mereka kembali ke Jakarta. Waktu seakan melompat tanpa ampun, meninggalkan jejak perubahan yang tajam. Apartemen yang dulu menjadi ruang penuh tawa, candaan receh, dan malam-malam penuh gairah, kini berubah seperti ruang kosong yang hanya diisi oleh dentingan jam dinding dan bunyi lalu lintas samar dari jalan besar di bawah sana.Pagi itu, Ayara bangun lebih dulu. Seperti biasa, ia menyiapkan kopi kapsul favorit Raymond dan omelet sederhana. Harapannya cuma satu: melihat senyum suaminya muncul lagi. Dulu, Raymond selalu berkomentar kocak, entah soal roti gosong, entah soal baju kerja Ayara yang katanya “terlalu bossy buat ukuran badan kecil.” Tapi kali ini, ia hanya duduk diam di meja makan, menunduk menatap ponsel.“Gue bikin omelet favorit lo, Mond,” kata Ayara, berusaha ceria.
Terakhir Diperbarui : 2025-08-17 Baca selengkapnya