GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA

GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA

last updateLast Updated : 2025-08-30
By:  Tutur K. SUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
32Chapters
22views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Mond, nikah aja yuk mumpung gue lagi mood..." Setelah ditinggal kekasih yang sudah lima tahun bersamanya, Ayara (35) mendadak mengajak Raymond (38)—teman masa kecil yang paling sering ia ejek—untuk menikah. Bukan karena cinta, tapi karena sama-sama patah hati… dan sama-sama lelah dituntut menikah. “Tiga bulan aja ya, kalau gak cocok cerai.” Tapi justru setelah mereka mulai serius membangun rumah tangga, takdir menyentil lebih keras: mereka sama-sama tidak bisa memiliki anak. Alih-alih runtuh, Ayara dan Raymond memilih kabur keliling dunia—meninggalkan ekspektasi, membangun kembali makna hidup dan cinta dari puing-puing. Di tengah pelarian, mereka justru menemukan bahwa kebahagiaan tak harus selalu datang dari rahim. Kadang, cinta sejati lahir dari luka terdalam.

View More

Chapter 1

KEJUTAAANNN!!

Restoran hotel itu terlalu terang untuk Ayara yang baru saja menuntaskan rapat panjang dengan penulis yang hobi menunda-nunda naskah.

Ia menutup laptop, menepuk sisa buih cappuccino, lalu menghela napas. Di mejanya, outline plot calon novel “bestseller” itu masih tergeletak, penuh coretan revisi. “Bab tujuhnya bakal pecah,” kata penulisnya tadi. Kalimat yang terdengar persis seperti janji-janji Alex selama tujuh tahun: selalu akan pecah, tapi entah kapan.

Ayara berdiri, mengusap rok birunya yang mulai kusut, lalu melangkah keluar menuju lobi. Karpet tebal menyerap bunyi langkahnya, chandelier menebar cahaya seperti serpihan emas di udara. Sejenak, ia merasa hidupnya cukup rapi: pekerjaan selesai, invoice akan dikirim, dan pacarnya berjanji menemuinya malam ini. “Ada kejutan,” kata Alex tadi pagi.

Ke–ju–tan.

Ayara menahan senyum kecil. Alex memang tipe metrosexual yang doyan bikin drama romantis—setidaknya di awal hubungan dulu. Sekarang, kejutan lebih sering berarti bunga diskon atau reservasi restoran yang bayar patungan. Tapi tetap saja, kata itu memantik harap.

Di depan lift, ia menekan tombol turun. Lampu indikator turun perlahan: 21… 20… 19… Ayara mengintip ponsel. Tidak ada pesan baru. Alex biasanya cerewet soal lokasi dan waktu.

Pintu putar lobi berputar lembut. Dari kaca, seseorang masuk—tinggi, kemeja linen krem yang disetrika sempurna, celana chino slim fit, sepatu kulit yang mengilap. Rambutnya ditata rapi, wajahnya wangi lotion aftershave yang ia kenal. Alex.

Hanya saja…

Alex tidak sendirian. Tangannya menggenggam erat tangan seorang perempuan bergaun hitam sederhana, sepatu hak sedang, makeup elegan. Cindy. Ayara mengenalnya. Bukan teman. Bukan rekan kerja. Cindy adalah klien Alex di event beberapa bulan lalu. Alex pernah mengenalkannya ke wanita yang sedang menikmati pinggangnya dirangkul mesra Alex.

Langkah Ayara terhenti.

Alex menoleh sebentar—tidak melihatnya—dan malah tertawa kecil pada Cindy, lalu berkata cukup keras untuk terdengar, “Lo makin cantik aja, Cin.” Cindy menatap Alex dengan tatapan puas milik orang yang tahu persis posisinya spesial.

Tombol lift di depan Ayara berbunyi “ting”. Pintu terbuka. Ia tidak masuk.

Kakinya memilih mengikuti. Tidak buru-buru, tapi cukup dekat untuk melihat ke mana mereka pergi.

Alex dan Cindy menuju lift ujung. Angka di panel menyala: 23. Ayara menunggu sebentar, lalu menekan tombol yang sama di lift lain. Begitu masuk, ia menatap pantulan dirinya di cermin: makeup sempurna, senyum hilang.

Pintu terbuka di 23. Koridor sunyi. Karpet empuk meredam langkahnya. Bau AC bercampur aroma pembersih ruangan yang terlalu manis. Di ujung lorong, Alex dan Cindy berhenti di depan pintu.

Cindy menoleh ke Alex sambil tertawa, lalu Alex menunduk, mencium bibirnya mesra—bukan, bukan ciuman kilat, tapi ciuman yang tahu rasanya pernah dilakukan berkali-kali dengan penuh hasrat.

Ayara merasakan jantungnya berdetak di telinga. Dadanya sesak. Tangannya bergetar.

Cindy tersenyum puas, menyelipkan kunci kartu ke pintu. Klik. Mereka masuk, pintu menutup rapat.

Klik

Terdengar suara pintu kamar hotel ditutup. 

Ayara berjalan ke arah pintu yang akan ia ingat seumur hidupnya. Pintu yang sudah membukakan matanya. Terdengar sekilas desahan-desahan yang menusuk dadanya. Sepertinya Alex dan Cindy sedang bercumbu di sisi lain pintu.

Dengan tangan gemetar Ayara menyalakan kamera dan memotret bukti kelakuan bejat pacarnya. 

Tujuh tahun hubungan. Tujuh tahun ulang tahun, tujuh tahun liburan hemat di puncak, tujuh tahun rencana “nanti kita beli apartemen” yang tak pernah jadi. Alex selalu mengira Ayara hanya gadis keluarga sederhana dari apartemen tipe studio. Dia tidak pernah tahu kalau Ayara sebenarnya anak dari keluarga yang sangat mampu—keluarga yang memilih hidup rendah hati tanpa pamer kekayaan.

Ayara berbalik, menekan tombol lift, dan pergi.

Lobi terasa terlalu terang. Ia melangkah keluar hotel, melewati kafe kecil di sisi lobi. Dan di sanalah Nadia, sahabatnya sejak kuliah, melambai.

“Gue kebetulan abis meeting di tower sebelah,” kata Nadia sambil menarik kursi. “Lo kenapa? Muka lo kaya abis liat setan Ra.”

Ayara duduk, memesan air putih. “Mati rasa gue...”

“Alex?” tanya Nadia tanpa basa-basi.

Ayara tersenyum miris. “Barusan liat dia masuk kamar hotel sama Cindy. Kliennya.”

Nadia terdiam sebentar. “Lo mau gue ikutin dia bawa panci, atau kita pura-pura gak liat?”

“Gue cuma mau duduk di sini sebentar.”

Mereka diam. Musik latar kafe memutar lagu cinta lama. Akhirnya Nadia bicara pelan, “Gue harus jujur. Pernikahan gue… gak bahagia.”

Ayara menoleh. “Loh?! Kalian kan pas pacaran so sweet banget!”

“Iya. Gue dulu cinta mati sama suami gue, Ra. Gue pikir nikah itu jawaban. Ternyata… cuma status. Kalau pondasinya gak kuat, cinta aja gak cukup.”

Ayara menatap meja. “Jadi nikah itu… bullshit?”

Nadia mengangkat bahu. “Gue gak bilang gitu. Gue cuma bilang… bahagia itu gak otomatis datang karena lo sah di KUA. Lo yang bikin sendiri.”

Ayara meneguk air putihnya. Pikirannya berlari pada tujuh tahun yang diinvestasikan pada Alex—dan bagaimana semuanya bisa runtuh hanya karena satu ciuman di depan pintu kamar hotel.

“Gue capek, Di,” katanya pelan. “Capek jadi orang yang ‘cukup baik’ tapi tetep gak cukup buat setia.”

“Lo cukup, Ra,” jawab Nadia. “Alex yang nggak.”

Ponsel Ayara bergetar.

Alex: “Yank, kamu di mana? Sorry honey agak telat ya masih meeting.”

Ayara mengetik pelan: “Pulang. Nikmatin kejutan lo Lex. Kita putus aja. dan mengirimkan foto pintu kamar Alex dan Cindy tadi.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
32 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status