Accueil / Romansa / GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA / Honeymoon Ala Twil*ght

Share

Honeymoon Ala Twil*ght

Auteur: Tutur K. S
last update Dernière mise à jour: 2025-07-23 00:47:10

Malam itu terlalu sunyi untuk dua orang yang baru saja menikah. 

This is it!” Raymond duduk membuka gorden villa di pulau pribadi yang keluarga mereka sewa dengan sangat niat dan sengaja biar hot seperti di film Twil*ght katanya.

Di villa pinggir pantai yang megah dan cantik—dengan kolam renang pribadi, interior tropis modern, dan panorama laut lepas yang terbentang luas di balik jendela kaca—Ayara merasa... kosong. Pemandangan villa pinggir pantai terlihat begitu sempurna.

“Lucu ya,” pikirnya sambil duduk di ujung ranjang. "Akhirnya kita bisa di situasi kayak gini..."

Ayara tidak menjawab. Ia hanya menarik napas pelan dan tersenyum kecut. "Lo nunggu gue kabur dari altar kemaren ya?"

Raymond tertawa, pendek. "Sedikit. Gue mikir... awas aja nih cewek yang ngide ngajakin nikah malah ninggalin gue duluan."

"Sejujurnya gue sempet mikir sih kemarin-kemarin tuh... apa gue terlalu impulsif. Tapi kasihan juga lo udah nunggu di stand by... hahaha." Ayara tertawa, mencoba mencairkan suasana.

Hening.

Tak ada tawa, tak ada debar. Hanya suara ombak dan angin laut yang menampar pelan pipinya dari celah jendela yang belum tertutup sempurna. Bahkan aroma mawar yang ditata dengan hati-hati di meja kecil itu pun tak sanggup menutupi rasa kikuk yang menggantung di antara mereka.

Raymond berdiri di dekat rak minibar, tangannya menatap satu botol sparkling water dengan kebingungan, seakan itu bisa memberinya jawaban untuk semua hal yang tak terucap malam ini.

“Mau minum?” tanyanya akhirnya.

“Boleh, air putih aja,” jawab Ayara pendek.

Raymond mengambil dua gelas, mengisinya, lalu menyerahkannya padanya. Ia ikut duduk, tapi menjaga jarak. Ada ruang selebar satu bantal antara mereka—cukup jauh untuk tak bersentuhan, tapi cukup dekat untuk mendengar napas satu sama lain.

“Kita resmi jadi suami istri,” ujar Raymond sambil memutar gelas di tangannya. “Tapi rasanya kayak kita baru selesai ujian skripsi.”

Ayara terkekeh kecil. “Iya. Kayak lega tapi juga… bingung ya…kaya apa gitu. Ya gak sih?”

Mereka diam.

Raymond menoleh, memperhatikan dinding batu alam yang tertata rapi. “Hmm…Villa ini boleh juga. Desain bangunannya bagus. Banyak elemen lokal yang dipadukan sama gaya tropis modern. Gue suka bagian atapnya—ada skylight. Jadi kita bisa lihat bintang dari tempat tidur.”

“Pantes lo bisa jadi arsitek,” gumam Ayara.

Raymond tersenyum kecil, menoleh ke atas. “Sayangnya malam ini mendung. Gagal romantis deh...”

Klik. Klik. 

Ayara menekan remote, mengganti-ganti saluran TV. Tapi tak ada acara yang menarik. Biarlah minimal suasana tidak terlalu hening pikirnya.

Tapi meskipun TV menyala, suasana masih seperti... kosong.

Ayara menatapnya. “Lo takut gue akan nyesel Mond?”

Raymond balas menatap, serius. “Hmm…mungkin. Who knows?

Itu adalah kalimat paling jujur yang keluar dari mulut Raymond malam itu, dan Ayara tak siap menghadapinya. Ia merasa tersentuh.

Klik. Klik.

Ayara menekan remote, mengganti-ganti saluran TV. Tapi tak ada acara yang menarik. Tapi minimal suasana tidak terlalu hening pikirnya.

“Mond, gue bosen…ngapain ke gitu…”

Raymond berdiri dan mendekat. Ia berdiri satu langkah di belakang Ayara. “Kalau lo mau, kita bisa mulai dari improvisasi. Bisa bikin akting film panas juga…”

Ayara tertawa pelan, lalu mengusap wajahnya. “Raymond Maharaja, kita bahkan belum pacaran Lo...”

“Kita bisa pacaran mulai besok,” ucap Raymond. “Hari ini kita cuma... adaptasi. Lagian kita udah pernah liat masing-masing telanjang waktu kecil mandi bareng. Kita udah ciuman kemarin…dan yang paling penting…kita udah sah…”

Ayara dan Raymond tertawa. Jantung Ayara berdegup kencang. Muka Ayara memerah dan ia bisa merasakan wajahnya terasa panas.

Sunyi kembali. Tapi kini ada sedikit kehangatan dalam diam mereka.

Raymond mendorong tubuhnya menyender ke headboard dan menatap Ayara di sebelahnya cukup lama. "Jadi... lo beneran ngajak gue nikah karena lo 'lagi mood' Ra?"

Ayara menoleh. "Ya. Lo beneran setuju karena 'pusing disuruh nikah terus'?"

"Fair point," Raymond tersenyum. "Tapi lo tau gak, Ra... gue gak nyangka lo bakal tetap cantik meskipun habis nangis."

Ayara terdiam. Komentar itu sederhana, tapi menampar pelan sesuatu dalam dirinya.

Tiba-tiba TV memutar film Twilight kedua, tepat sekali dengan adegan honeymoon Bella dan Edward di pulau private di Brazil. Adegannya begitu membuat tubuh Ayara dan Raymond panas dan salting. Situasinya mirip sekali dengan mereka.

Raymond mendekat. Ia menyentuh ujung rambut Ayara yang masih basah, membelainya. "Ra, lo yang mulai... jadi lo yang harus tanggung jawab dong," bisiknya.

Ayara menatapnya. "Serius lo?"

"Kita udah sah. Halal. Gak ada yang salah lo..." Raymond tersenyum tipis. "Cinta itu bullshit, kan, Ra? Jadi gimana kalau kita nikmatin hubungan ini aja dulu. Gak usah banyak mikir. Love story…hidup kita udah cukup berantakan kan."

Ayara menggigit bibir. Ada ragu. Tapi juga ada sesuatu yang lain: rasa penasaran. Dan mungkin... rasa ingin merasakan.

"Oke," katanya akhirnya. "Tapi..."

"Tapi apa?"

"Gue belum pernah... Baru ciuman doang, Mond."

Raymond sudah merasa berat menahan diri dari dorongan nafsu membaranya didorong oleh tayangan di TV. "Sama ko! Kita pelan-pelan aja ya. Kita bisa belajar bareng mereka tuh di TV sekalian praktek teori Sex and the City…", suara Raymond pelan sambil jemarinya mulai membelai bibir Ayara.

Ayara tak tahu apa yang ia cari malam itu ia membiarkan tubuh Raymond mendekatinya. Tapi tapi entah mengapa ia merasa aman, bukan karena percaya cinta. Ayara tertawa pelan, gugup. "Oke."

Raymond menarik tubuh Ayara hingga ia terbaring di atas tubuhnya begitu ia mendapatkan persetujuan. Hidung mereka bersinggungan. Raymond mencium keningnya lembut, memastikan semuanya baik-baik saja.

"Gue mulai ya Ra..."

“O-key Mond…”

Ayara tidak menjawab, ia hanya menarik nafas panjang dan menikmati apa yang Raymond lakukan. Jari-jarinya menyentuh rambut Ayara, lalu turun ke pundaknya, membuka tali kimononya perlahan. Ayara memejamkan mata. Ia merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Bukan karena cinta, tapi karena ini sesuatu yang baru. Sesuatu yang entah akan membawa mereka ke mana.

Saat Raymond mencium lehernya dan menyusuri lekuk tubuhnya, Ayara menarik napas panjang. Dada mereka bersentuhan. Ada ketegangan. Ada kesepakatan tanpa kata. Raymond bisa melihat bra putih berenda yang membalut dua buah bulatan yang indah. Ayara mendesah lembut.

"Damn! Lo seksi juga ternyata, Ra..." gumam Raymond.

Ayara tertawa kecil. "Thanks... "

Mereka melanjutkannya malam itu, Raymond dan Ayara bersatu. Mengeksplorasi semua kemungkinan meski bukan karena cinta. Tapi karena ada kekosongan, dan mereka ingin tahu apakah itu bisa diisi oleh satu sama lain. Mereka baru pertama kali merasakan diri mereka dibawa ke kenikmatan dunia.

Dan ketika semuanya usai, tubuh mereka bersandar di ranjang dengan napas tersengal pelan. Raymond menatap langit-langit dan berkata dengan suara nyaris tak terdengar,

"Kita nikmatin malem ini dulu ya Mond…"

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Freya dan Erik

    Sore di Reykjavik mulai redup. Cahaya matahari musim dingin hanya tersisa sedikit, membuat langit berwarna oranye pucat. Di sebuah bar kecil dekat pelabuhan, Erik duduk santai di kursi tinggi, satu tangan memutar gelas whiskey, sementara matanya sibuk menatap layar ponsel. Senyum tipisnya muncul sesekali—senyum khas Erik yang entah untuk siapa, tapi selalu berhasil menyalakan rasa penasaran orang di sekitarnya.Freya masuk. Rambut pirangnya diikat setengah, mantel panjang wolnya menutupi tubuh mungil tapi anggun. Begitu melihat Erik, ia langsung menegang. Ada banyak pria di kota ini, tapi hanya Erik yang bisa membuat jantungnya berdebar tidak karuan.“Hey,” sapa Freya, mencoba tenang, meski senyumannya agak ragu.Erik menoleh, lalu tersenyum lebar seolah benar-benar baru sadar ada dunia selain ponselnya. “Freya! Duduk sini. Pas banget waktunya.”Freya duduk, jantungnya berdetak makin kencang. “Kamu selalu sibuk, ya?” tanyanya.Erik tertawa kecil. “Bukan sibuk. Hanya… banyak yang butuh

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Kamu Butuh Dibantu?

    Pagi itu Reykjavik diselimuti kabut tipis. Dari jendela apartemen, terlihat burung-burung beterbangan rendah, mencari santapan ikan di danau. Raymond sudah duduk di meja kerja, laptop terbuka dengan tiga jendela zoom meeting sekaligus. Rambutnya agak acak-acakan, matanya fokus penuh.“Gue harus rapat sampai jam makan siang, sayang. Lo mau ngapain hari ini?” tanya Raymond tanpa mengalihkan pandangan dari layar.Ayara mengikat syal di lehernya, tersenyum kecil. “Gue harus ke pasar. Mau beli bahan makanan. Biar lo gak kerja sambil ngeluh lapar terus.”Raymond mengangkat alis sekilas, lalu tersenyum hangat. “Hati-hati ya honey. Jangan nyasar. Pake google maps.”“Siap, boss.” Ayara mencium cepat pipi Raymond sebelum mengambil tote bag kanvas besar.Pasar Reykjavik bukan seperti pasar di Jakarta yang bising dan penuh teriakan. Di sini, deretan kios kayu berwarna pastel menjual ikan segar, sayur organik, dan roti hangat. Bau laut bercampur dengan aroma kopi hitam dari gerobak kecil di ujung

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Rumah di Puncak Bukit Nafsu Menggelora

    Pagi itu Ayara terbangun di pelukan Raymond dengan telanjang bulat. Ia tersenyum melihat wajah tampan suaminya yang sangat seksi itu. Ayara berencana untuk menjauhkan diri dari dada bidang dan berorot Raymond. Tapi gerakannya malah justru membangunkan suaminya."Morning sayang..." kata Raymond sambil mengecup bahu dan leher istrinya."Ih geli sayang...""Ra, liat pemandangannya indah banget ya..." Raymond menatap jendela kamar mereka yang langsung dapat melihat bagaimana sinar matahari pagi menerangi hamparan padang rumput yang beberapa bagian tertutupi salju dan danau yang cukup besar di depan mereka dengan tenang. "Gue mau lo bangun tiap hari kaya gini Ra...""Tenang, kita tinggal di sini sebulan sayang...kenyang-kenyangin deh liat pemandangan ini...mau dua bulan juga bisa...apa mau pindah juga bisa...", jawab Ayara tengil.“Ra...” Raymond berbisik. “Ini pertama kalinya setelah semua drama akhir-akhir ini, gue ngerasa... ringan.”Ayara menggeser tubuhnya, kepalanya bersandar di bahu

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Ranjang yang Panas di Kota Es

    Raymond tersenyum nakal, lalu menindihnya di atas kasur dengan bulu-bulu lembut yang memberikan sensasi berbeda, siap membuktikan bahwa bahkan di Reykjavik yang dingin, mereka bisa bikin panas dunia mereka sendiri. Kepalanya dengan sekejap sudah diselusupkan di ceruk leher Ayara dan membuat bulu roma Ayara berdiri karena kenikmatan.Ayara tersenyum menikmati setiap sentuhan yang diberikan Raymond. Jemarinya mengelus leher Fajar, seolah menyampaikan pesan bahwa Ayara sangat menginginkannya malam itu."Ahh...Raymond...suami gue...", suara Ayara manja dan mendesah di telinga Fajar yang sedang asik menikmati lehernya. Ia bisa merasakan tangan Raymond sudah mulai bermain ke dadanya."Gue ijin perk*sa lo ya Ra...""Please lakuin Mond...Suami seksi gue...""Lo bakal gue nikmatin malem ini sayang...desah aja sekuat lo karena di bukit dan danau ini cuma ada kita...gak punya tetangga..." desah Raymond."Mau dong digerayangin Raymond Maharadja..." ucap Ayara genit.Raymond saling menatap Ayara i

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Welcome to Reykjavik Iceland

    Pesawat mendarat mulus di bandara Keflavík. Udara dingin langsung menyergap wajah Ayara begitu ia keluar dari pintu pesawat, membuat pipinya memerah. Di kejauhan, hamparan salju luas berkilau memantulkan cahaya pucat matahari musim dingin. Angin asin dari laut utara menusuk, tapi juga memberi sensasi segar yang tak bisa ia temukan di Jakarta.Raymond menarik koper mereka sambil melirik istrinya yang masih terpaku menatap langit kelabu. “Lo nggak salah pilih, Ra. Reykjavik emang pas banget buat kita kabur. Jauh dari mana-mana...sepi...”Ayara menoleh, tersenyum kecil. “Iya, gue sengaja pilih sini. Paling jauh, paling dingin, dan nggak ada keluarga atau tetangga yang bisa tiba-tiba ngetok pintu cuma buat nanya ‘udah isi apa belum’.”Mereka memilih Reykjavik bukan tanpa alasan. Ayara menemukan artikel tentang kota ini: tenang, kecil, tapi modern. Cocok untuk mereka yang ingin “menghilang” tanpa benar-benar hilang. Dari sini, mereka bisa bekerja secara remote—Ayara dengan laptop editing n

  • GAIRAH LIAR PASANGAN MUDA   Maya, Lo Gue End

    Ayara dan Raymond memasuki sebuah ruangan VIP resto kelas atas. Belakangan mereka tahu kalau restoran ini adalah milik Davin. Ia adalah pewaris tunggal usaha restoran orang tuanya yang punya bisnis dimana-mana. Dindingnya berlapis kayu panel yang diukir cantik dan klasik seperti dinding istana-istana kecil di Eropa. Pelayan resto berpenampilan rapih menarik kursi mereka, sambil mempersilahkan mereka berdua untuk duduk."Makasih mas, kami berdiri aja..." ucap Ayara sambil tersenyum ke pelayan itu. "Kita gak kan lama ko mas..."Kedua tangan Raymond dan Ayara berpegangan erat. Ia tidak menyangka ternyata hidup mereka akan cukup rumit. Semua ini gara-gara Maya sialan pikir Ayara.Tidak lama Davin datang. Davin memberikan sinyal untuk pelayan keluar ruangan dan menutup pintu setelah selesai mengisi gelas-gelas mereka dengan wine mahal yang ia pisan. Sepertinya Davin berkeinginan untuk meninggalkan kesan bahwa dia seseorang yang berpengaruh, tapi itu sama sekali tidak menggetarkan hati Ayar

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status