All Chapters of Isela: Putri yang Terbuang: Chapter 51 - Chapter 60

Dahlia tersentak kaget mendengar permintaan lancang Isela yang berani-beraninya meminta biaya operasi mata.Dengan wajah merah dan napas berderu oleh amarah, Dahlia meneliti wajah pucat Isela yang telah terbasuh oleh air mata.Sosoknya yang terlihat lemah dan sangat rapuh ternyata memiliki banyak keberanian untuk menuntut sesuatu yang sangat besar. Dahlia mendengus kesal. “Enak saja, kau kira aku sudi menghamburkan banyak uang hanya untukmu? Apa peduliku jika kau buta dan kembali bisa melihat? Aku tidak peduli!” Hati Isela terpukul sangat keras oleh jawaban yang telah Dahlia lontarkan dengan tajam padanya.Dahlia bergeser menjauh, kembali melihat Isela dengan tatapan jijiknya. “Ingat batasanmu Isela, sejak awal aku hanya setuju untuk memberimu tempat tinggal sementara, tapi tidak dengan kesembuhanmu!”Dengan sesak Isela menarik napas, giginya terkatup rapat menggigit bibinya dengan kuat. Selama tinggal di kediaman Grayson, Isela telah berusaha sebaik mungkin menunaikan kewajibannya

“Sayang, tidurlah di sini,” bujuk Dahlia memohon. “aku sudah meminta maaf secara pribadi kepada Isela, aku sudah menyesalinya. Kumohon kita akhirnya pertengkaran ini.”Grayson menghela napasnya dengan berat, mengenyahkan sisa-sisa kemarahan didalam hati. Ia akhirnya naik ke ranjang dan membaringkan diri di sisi Dahlia.Sepanjang hari ini Dahlia tidak dapat bekerja, setiap kali memikirkan Grayson masih marah padanya. Hati Dahlia gundah.Tidak ada satu orangpun yang tahu seberapa luas dan dalamnya cinta Dahlia untuk suaminya. Meski kini mereka sudah menua bersama-sama, bahkan meski Dahlia tahu bahwa dia memenangkan cinta Grayson, Dahlia tetap dihantui ketakutan bahwa Gryason akan meninggalkan dirinya seperti awal pernikahan mereka dahulu.Tidak hanya ingin citranya yang baik didepan public.Setiap waktu, Dahlia selalu ingin menjadi yang paling sempurna di hadapan Grayson. Sempurna sebagai wanita, sempurna sebagai seorang isteri, dan sempurna menjadi seorang ibu.Dahlia bergeser mendekat

“Kau yakin akan mempekerjaakannya?” tanya Sanders memperhatikan Catelyna yang tengah duduk termenung sendirian.“Dokter bilang, kondisinya sudah membaik. Jauh lebih baik jika dia diberikan kegiatan yang akan merangsang ingatannya kembali.”Sanders terdiam, memandangi Aurelie yang telah menutup buku desain gaun pengantin yang sengaja dibawanya. Sanders merasakan bahwa calon isterinya sudah tidak berantusias seperti sebelumnya, lantas apa yang telah membuatnya seperti ini?“Sanders, haruskah pernikahan kita harus diundur?” tanya Aurelie, menjawab pertanyaan yang sempat terlintas di kepala Sanders.Sanders tersentak. “Sayang, apa maksudmu?” bisik Sanders tidak mengerti.Aurelie mengusap sikunya dengan pijatan, sorot kesedihan terpancar dimatanya saat memandang Sanders. “Sejak kau melamarku, puluhan kali aku datang ke rumah. Tapi hanya ayahmu yang berbesar hati menerimaku dan mengajakku bicara, aku masih bisa merasakan kebencian ibumu terhadapku Sanders.”“Itu tidak benar,” sangkal Sander

Kereta monorail melayang di ketinggian atas langit, bergerak cepat tanpa suara, bayangannya hanya muncul seperkian detik meneduhi para pejalan kaki dibawahnya.Semakin jauh Isela melangkahkan kakinya, semakin banyak pemandangan yang ingin dia lihat hari ini. Sayangnya, dia tidak memiliki waktu untuk bersantai seperti yang lainnya.Isela menjilati sisa-sisa ice creamnya yang hampir meleleh, melepas dahaga yang mengeringkan tenggorokan. Isela terus berjalan, berbaur dengan ratusan para pejalan kaki yang berlalu lalang sampai akhirnya dia sampai di sebuah halte bus. Duduk di sudut kursi, namun perhatiannya terpaut pada seorang pria tua yang tengah duduk tak jauh darinya, memegang erat sebuah tongkat dengan wajah tanpa eskpresi, namun matanya yang putih itu sudah memberitahu keadaannya.Dia buta..Telinganya bisa mendengar keramaian disekitarnya, namun matanya gelap tidak memberitahu apa saja yang saat ini sedang terjadi.Isela bisa merasakan kesepian yang begitu hebat tengah dihadapi pr

Roselia mendorong daun pintu dengan hati-hati, melihat Jach yang tengah menyisir rambut Scarlett dipangkuannya. Sejak tiga hari lalu, Scarlett engganmelepaskan diri dari Jach, kemanapun pria itu pergi, putrinya berlarian mencari ingin bergabung.Beruntungnya, Jach tidak pernah menunjukan rasa keberatannya bahkan ketika Scarlett meminta untuk tidur bersama.Keluarga besar Hemilton sudah terbiasa melihat kedekatan mereka. Bahkan orang asing pun kerap mengira Jach benar-benar ayah Scarlett, apalagi ketika gadis itu memanggilnya dengan sebutan itu.Melihat kedekatan Jach dan putrinya yang begitu saling terhubung, apa masih ada kemungkinan untuk Roselia mengharapkan hubungan diantara mereka meski kini Jach memiliki tambatan hati?Scarlett sangat membutuhkannya dan Roselia bersedia menunggu kapan saja Jach bersedia mencintainya.Rosela memutuskan masuk setelah dia lihat Scarlett selesai berdandan. “Sayang, tunggu sebentar di luar,” pinta Roselia mengusap rambut Scarlett.Anak itu dengan pat