Sudah seminggu sejak pagi itu, pagi ketika Julio akhirnya mengungkapkan perasaannya. Sejak saat itu, ia memegang teguh tekadnya, membuat Laras yakin bahwa hatinya memang milik Julio, bukan sekadar bayangan dari masa lalu. Dia tak lagi sekadar bekerja, setiap langkahnya adalah bagian dari sebuah rencana yang ia jalankan dengan sabar dan hati-hati. Julio datang tepat waktu, mengenakan senyum hangat yang tidak pernah berlebihan. Di hadapan Laras, ia selalu menjaga sikap, tegap, sigap, dan penuh hormat, seolah ingin menunjukkan bahwa rasa cintanya tak mengganggu profesionalitasnya. Namun di sela-sela kesibukan, Julio pandai menebar pesona dengan gesture-gesture kecil yang tak pernah terasa memaksa. Saat melihat Laras diam-diam menelan ludah di tengah mengadon, ia sudah menebak, Laras haus. Tanpa banyak kata, Julio mengambilkan segelas air dingin, meletakkannya di dekat tangan Laras. “Hati-hati dehidrasi, nanti adonannya ikut kering,” ucapnya ringan, membuat Laras tersenyum malu. Ketika
Terakhir Diperbarui : 2025-09-13 Baca selengkapnya