Beranda / Romansa / From Your Eyes Only / 34 : Debaran di hati adalah pintu pertama yang terbuka saat cinta mulai mengetuk

Share

34 : Debaran di hati adalah pintu pertama yang terbuka saat cinta mulai mengetuk

Penulis: Netganno
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-09 07:51:01
Laras POV

Jam tujuh tiga puluh malam, saat aku bersiap-siap untuk tidur, handphone milik Bayu tiba-tiba berdering. Handphone itu adalah ponsel second yang dulu ia beli dari temannya seharga sembilan ratus ribu bukan barang baru, tapi cukup untuk membantunya mengerjakan tugas-tugas sekolah selama masa pandemi COVID.

Ponsel itu baru kembali ke tanganku setelah aku dipanggil ke kantor polisi. Saat itu, aku diminta melihat rekaman CCTV detik-detik terakhir saat kecelakan yang merengut hidup Bayu, untuk menentukan apakah aku ingin menuntut atau membiarkan kasus ini ditutup. Tapi aku tak sanggup melihatnya. Aku sudah ikhlas.

Semua yang menimpa Bayu adalah kecelakaan. Tak ada yang benar-benar salah. Kata polisi, Bayu meninggal karena berusaha menolong kereta bayi yang meluncur ke jalan. Mobil yang menabraknya pun juga karena berusaha menghindar.

Bayu... adikku. Dia bukan hanya menjadi pahlawan di detik-detik terakhir hidupnya. Ia juga jadi pahlawan setelah kepergiannya dengan menjadi
Netganno

Happy reading Teman2.

| 27
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (44)
goodnovel comment avatar
lapis_legit
semangat banget si Laras ngomongin liyo kan Riris jadi tahu kalau kamu lagi jatuh cinta
goodnovel comment avatar
Iin Huang
Riris bnr,kmu berhak bahagia Laras, kamu jg suka sama Julio kan. ikutin kata hati mu Laras. Riris ku doain semoga jdi bidan ya.
goodnovel comment avatar
sahidahsari249
itu km sdh ada rasa sama liyo tanpa km sadari begitu pun liyo,,kalian berdua itu sdh sama sama saling suka.. Laras tau aja nih perasaan Laras yg sebenarnya Krn dr cara nya cerita sama Laras keliatan banget begitu semangat.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • From Your Eyes Only    65 : Tak ada derita seberat mencintai seseorang yang berubah tanpa kata, seolah hati ini dibiarkan menunggu jawaban yang takkan pernah tiba

    Suara langkah tergesa menyentuh lantai putih IGD, bergema di antara tirai-tirai warna biru yang membatasi tiap ranjang. Bau khas rumah sakit menusuk hidung. Di salah satu sudut, seorang dokter berjas putih masuk sambil merapikan maskernya. Dialah Dokter Yvonne, yang baru saja mendapat panggilan darurat. Begitu matanya menelusuri ruangan, ia menemukan sosok lelaki yang terbujur di ranjang, bahunya bergetar halus, wajahnya tertutup telapak tangan. Di sampingnya, seorang perempuan duduk setia, jemari lembutnya mengusap punggung lelaki itu, berusaha menyalurkan kekuatan. Langkah dokter Yvonne semakin mendekat, ketika perempuan itu menoleh, wajahnya yang basah oleh air mata membuat sang dokter spontan mengerutkan keningnya. “Laras…? Kakaknya Bayu?” suaranya nyaris tak percaya. Laras mengangguk perlahan, suaranya parau. “Iya, Dokter. Saya… saya kakaknya Bayu. Anda dokter yang kemarin meminta izin untuk transplantasi adik saya, bukan?” Hati dokter Yvonne seketika menciut. Ia menoleh ke p

  • From Your Eyes Only   64 : Penyesalan bukan sekadar air mata, tapi penjara batin yang mengikat jiwa selamanya

    Julio POV Angin sore menyapu lembut, dingin menusuk hingga ke tulang. Langit perlahan meredup, cahaya jingga yang tadi hangat kini kian memudar, menyisakan semburat kelabu yang membuat suasana pemakaman ini semakin berat. Aku berdiri di samping Laras, memperhatikan setiap gerakannya. Jemarinya gemetar ketika menaburkan bunga di atas gundukan tanah tempat Bayu beristirahat. Kelopak bunga beterbangan, melayang ringan bersama angin, seolah doa-doa yang tak pernah sempat terucap kini mencari jalan menuju ke langit. Aku ikut meraih segenggam bunga, menaburkannya perlahan dan menatap penuh rasa terimakasih ke makam Bayu. Aku meliriknya pelan. “Emang Bayu dan kamu mau ke Jerman? Untuk apa?” tanyaku pelan Laras terdiam, matanya menatap kosong pada nisan adiknya. Senyum tipis tersungging di bibirnya, tapi jelas sekali getir menyelip di sana. “Oh… aku belum pernah cerita ya? Bayu sebenarnya dapat beasiswa ke Jerman. Dia akan kuliah di sana sambil bekerja. Dia janji aku akan ikut. Dia bilang

  • From Your Eyes Only   63 : Kadang cinta membawa harapan, tapi juga menuntun luka lama yang belum selesai.

    Laras POVLangkahku terasa berat tetapi juga terasa ringan saat memasuki pemakaman itu. Berat, karena setiap kali menginjakkan kaki ke sini, kenangan tentang hari pemakaman Bayu seperti menyeruak lagi, hari paling kelam dalam hidupku, saat dunia serasa runtuh, saat aku kehilangan bukan hanya seorang adik, tapi juga separuh hatiku. Namun kali ini terasa jauh lebih ringan, karena hari ini aku datang bukan dengan linangan air mata semata, melainkan dengan sesuatu yang ingin kubagi, sebuah kabar bahagia.Hari ini, aku ingin bercerita pada Bayu. Tentang perjalanan panjang yang akhirnya berbuah manis. Tentang mimpi kecil yang dulu kutapaki bersamanya, yang kini perlahan mulai tumbuh menjadi besar. Dan lebih dari itu, aku ingin mengenalkan seseorang… seorang lelaki yang, entah bagaimana, kurasa dituntun Bayu kepadaku lewat sepasang mata Bayu yang kini menjadi mata lelaki yang kini berjalan di sampingku.Langit sedikit mendung. Awan kelabu menggantung, seakan ingin ikut mendengarkan percak

  • From Your Eyes Only    62: Setiap tetes air mata dan keringat terbayar ketika mimpi akhirnya menjelma nyata

    Lampu-lampu panggung Auditorium Bogasari Baking Centre kembali menari, berkelip-kelip membentuk lingkaran raksasa. Sorot cahaya itu memantul pada dinding kaca, berputar cepat, lalu melambat, membentuk bola dunia raksasa di udara. Satu demi satu warna berganti: emas, biru, merah, lalu putih terang yang memantul hingga ke kursi penonton. Iringan drum rancak meledak dari pengeras suara, menambah suasana semakin megah. Riuh tepuk tangan penonton memenuhi ruangan, membuat udara seolah bergetar. Suasana itu seperti genderang perang, tanda bahwa momen yang paling ditunggu akhirnya tiba: pengumuman pemenang The Couple Apprentice 2025, sebuah lomba yang sejak awal sudah mempertemukan semangat, cinta, dan kerja keras. Di deretan kursi depan, Laras duduk dengan jantung berdetak secepat irama drum yang terdengar. Tangannya tak berhenti gemetar, hingga akhirnya Julio meraih jemarinya. Genggamannya erat, hangat, seakan berkata, tenanglah, aku ada di sini. Laras menoleh sekilas, dan dari tatapan Ju

  • From Your Eyes Only    61: Usaha yang lahir dari hati, selalu menemukan jalan menuju kemenangan.

    Sorot lampu panggung berputar pelan, menciptakan suasana mencekam sekaligus megah. Auditorium Bogasari Baking Centre sore itu dipenuhi ratusan pasang mata yang menunggu dengan penuh antusias. Di layar LED raksasa terpampang tulisan besar:The Couple Apprentice 2025 - Grand Final Laras yang berdiri siap menunggu penjurian di dapur kaca transparan, tubuhnya mungil dalam balutan seragam putih chef yang sedikit kebesaran. Telapak tangannya dingin, ia berulang kali mengusapnya ke apron. Dari kursi di bagian depan panggung, Julio berdiri, jas biru gelapnya membuat posturnya tampak makin tegap. Sebelum mereka berpisah tadi, ia sempat berbisik lembut, “Ra, kamu sudah siap. Ingat, ini bukan hanya donat, ini kisahmu. Ceritakan saja seperti kamu biasanya ke aku.”Laras menatapnya singkat, matanya bergetar menahan gugup. “Aku takut suaraku nggak keluar.”Julio tersenyum menenangkan. “Kalau bergetar pun, tetap suaramu. Dan aku percaya semua orang akan mendengar ketulusanmu.”MC memberi aba-aba,

  • From Your Eyes Only   60 : Setiap mimpi besar dimulai dari satu langkah kecil

    Suasana Auditorium Bogasari Baking Centre siang itu begitu megah. Lampu kristal besar menggantung di langit-langit, memantulkan cahaya yang menari-nari di dinding berwarna putih bersih. Layar LED raksasa berdiri gagah di tengah panggung, menampilkan tulisan emas berkilau:THE COUPLE APPRENTICE 2025Huruf-huruf itu berpendar, disambut riuh tepuk tangan penonton. Beberapa wartawan menyiapkan kamera, dan para tamu undangan duduk rapi dengan wajah penuh antusiasme.Layar kemudian berganti, memperlihatkan wajah tiga finalis.Finalis pertama: Lisna dan Lisda, kakak beradik kembar dengan senyum identik. Mereka mengusung resep Zuppa Soup yang hangat dan elegan.Finalis kedua: Affan dan Tarida,pasangan suami-istri yang menampilkan kreasi unik Mie Ayam Rendang. Sebuah perpaduan tradisi dan inovasi.Dan akhirnya, layar menampilkan wajah Laras Prasetyo dan Julio Wicaksono. Keduanya berdiri dengan senyum menahan tegang. Di foto itu, Julio tampak gagah dengan jas lengkap berwarna hitam, sementara L

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status