Julio POV Hari Sabtu. Meja makan kami sudah seperti ladang salju, penuh tepung, dengan adonan donat yang lembut seperti bantal kecil di atas talenan. Bau ragi yang hangat bercampur aroma manis gula bubuk memenuhi dapur, berpadu dengan sinar matahari pagi yang menembus tirai dan jatuh di rambut Laras, membuatnya berkilau. Di sela gerakan mengadon tepung dan ragi, aku memberanikan diri. “Ra… besok kita kencan, yuk?” Laras menoleh. Tangannya masih berbalur tepung, tapi pipinya langsung merona, merahnya muncul cepat seperti kelopak bunga yang baru tersentuh cahaya pagi. Ada jeda sebelum ia menjawab, seolah sedang menimbang jawabannya. “Mau ke mana?” tanyanya hati-hati. “Makan di restoran, nonton, terus jalan-jalan… sebagai sepasang kekasih.” Aku sengaja memberi jeda di akhir kalimat untuk menangkap setiap perubahan di wajahnya. Laras menghela napas, setengah tersenyum. Lalu dengan nada yang hati-hati tapi lembut, ia menjawab, “Tapi semua itu mahal, Liyo. Kita nggak usah deh
Last Updated : 2025-09-14 Read more