Semua Bab Kepemilikan: Bab 11 - Bab 20

"Mhh..." erangan halus itu keluar dari bibir merah yang telah basah. Bibir itu kecil, berwarna merah jambu, sedikit terbuka. Napasnya pelan dan tersendat. Pipi Ann memerah karena panas dan tekanan. Tangannya menekan dada Mikhael—memukul pelan, lemah, karena tubuhnya kehabisan oksigen akibat ciuman yang terlalu dalam.Mikhael akhirnya melepaskannya. Bibirnya berkilau, basah akibat ciuman barusan.Sudut bibirnya sedikit melengkung, menunjukkan kepuasaan setelah hasratnya terpenuhi. Sementara itu, Ann masih terengah-engah, berusaha menstabilkan napasnya yang berantakan.Tangan pria yang terulur itu kasar. Tangannya sudah penuh kapalan sejak usia muda. Sapuan kasar itu membuat tubuh Ann bergetar.Suhu tubuh pria itu panas, begitu membara hingga membuatnya selalu gelisah untuk berada di dekatnya.Mikhael menatapnya tajam, menelusuri berbagai ekspresi yang gadis itu keluarkan.Lihat apakah dia masih memiliki keinginan untuk lari.Lari darinya.Rasa lapar yang tak terpuaskan menghantuinya ta

"Kamu demam," ucap Mikhael sambil menyentuh dahi Ann yang berkeringat. Tubuh gadis itu menggeliat lemah, sesekali mengerang kecil seperti orang yang tersiksa. Wajahnya pucat, basah oleh keringat dingin, dan napasnya terdengar berat—terengah.Lorong bawah tanah itu sunyi, hanya suara langkah Mikhael yang menggema di antara tembok-tembok besi yang dingin dan lembap. Tubuh Ann berada dalam gendongannya—lemah, seperti sehelai kain basah.Gadis itu sesekali mengerang lirih, namun tak benar-benar sadar.Wajahnya pucat, napasnya tersengal, dan keringat dingin terus mengalir di pelipisnya.Mikhael mengetuk pintu besi tanpa tanda. Ketukannya keras, seolah tidak sabar.Seorang pria muncul dari balik pintu yang terbuka. Pria itu mengerutkan kening, memperhatikan seorang wanita yang lemah di gendongan Mikhael."Bawa dia masuk," katanya singkat, membuka pintu lebih lebar. Aroma tajam antiseptik bercampur darah tua langsung menyambar keluar dari dalam ruangan."Apakah tidak ada dokter wanita?" Mik

“Anda yakin ingin merekrutnya?” “Tidak ada orang lain yang lebih tepat.” “Dia terlalu brutal. Membuat aturan sendiri. Sulit dikendalikan.” “Tepat. Dan itu yang akan kita manfaatkan untuk menangkap Braga.” Hening sesaat. Asap rokok mengepul lambat di udara, menari di antara sorot lampu redup dalam ruang pertemuan rahasia itu. Seorang pria berseragam militer di sisi ruangan menyilangkan tangan. Tatapannya ragu. “Lalu... apa yang Anda tawarkan padanya? Uang? Jangan konyol. Arena bawah tanah memberinya lebih dari cukup. Lebih dari yang bisa kita bayarkan.” Pria itu—yang mengenakan topi dengan jaket coat abu lusuh sedang mengisap rokoknya dalam-dalam. Lalu menghembuskan pelan, seperti sedang memikirkan sesuatu. Pemuda yang baru ia temui beberapa hari lalu. “Aku memberinya akses ke data pribadi Braga. Seluruh jaringan distribusi, jalur keuangan ilegal, dan rute ekspor rahasia.” Pria berseragam militer di sampingnya mengerutkan kening tajam, nada suaranya penuh keberatan. "Anda haru

Mikhael menarik Ann ke sebuah tempat, bukan di arena berdarah, tetapi di bagian lain yang penuh dengan suasana erotis dan sensual.Alkohol, asap rokok, dan wanita seksi, semua berhamburan di tempat ini. "Aku tidak ingin disini, ayo kita kembali, aku berjanji padamu.." kata Ann terisak. dia mencoba melepaskan genggaman tangan Mikhael yang menariknya erat. Tapi usahanya sia-sia. Tekanan itu malah semakin erat layaknya borgol."Lihat, lihat apa yang terjadi kepada gadis-gadis yang tidak memiliki dukungan disini," Suara Mikahel tajam. Tangannya memaksa wajah Ann untuk melihat ke arah panggung yang tak jauh dari mereka.Dari sudutnya, mereka dapat melihat jelas apa yang sedang terjadi.Gadis-gadis di atas panggung diberi nomor, bukan nama.Tanpa bersuara, mereka berjalan beriringan mengelilingi panggung cermin di bar dansa ruang bawah tanah; lengan terlipat di sekitar perut telanjang, mata tertuju pada lantai logam yang lecet.Di belakang panggung, seorang gadis yang berusia sekitar 14 tah

Lampu tiba-tiba padam. Ann masih terlelap di pelukannya, tapi Mikhael langsung membuka mata. Matanya menyesuaikan diri pada kegelapan total. Ada sesuatu. Ia bisa merasakannya. Seperti bayangan yang bergerak terlalu cepat. Instingnya, yang lebih tajam dari kebanyakan tentara sekalipun, langsung aktif. Mikhael akan terbangun oleh bahaya sekecil apapun. Ia mengangkat tubuhnya perlahan, melepaskan lengannya dari pinggang ramping Ann. Kulit gadis itu masih hangat di tangannya. Mikhael mendekap udara kosong untuk sesaat, merasa kesal karena harus meninggalkan sensasi yang baru saja membuatnya dapat tertidur dengan tenang sejenak. Langkah kaki terdengar. Cepat dan ringan, bergerak mendekat. Mikhael langsung sigap. Ia meraih senjata tersembunyi di bawah tempat tidur, lalu melompat keluar dari ranjang. Mikhael langsung menyerbu ke arah jendela . Cahaya bulan memberi siluet redup pria yang melompat masuk. Mikhael sedikit meraba, menemukan kerah pria itu yang belum sepenuhnya mendarat ke u