Setelah suapan terakhir masuk ke mulutnya, Lyra meletakkan sendok dengan hati-hati di atas mangkuk. Tangannya ia letakkan di pangkuan, jemarinya saling meremas tanpa sadar. Hening beberapa detik terasa begitu panjang, hanya bunyi jam dinding yang terdengar samar di ruang makan.Lyra menarik napas pelan, lalu memberanikan diri. “Terima kasih… sudah mau makan masakanku,” ucapnya lirih, hampir tenggelam oleh suara detak jarum jam. Ia menunduk, tak sanggup menatap mata Bintang.Bintang menegakkan tubuhnya, punggungnya bersandar pada kursi. Wajahnya tetap datar, namun sorot matanya menelusuri sosok Lyra dengan seksama. Sejenak ia tidak menjawab, membiarkan gadis itu gelisah menunggu.Akhirnya, suaranya terdengar rendah dan mantap. “Kau tidak perlu berterima kasih. Itu memang kewajiban seorang suami.”Lyra terdiam, dadanya serasa menghangat sekaligus menggelisahkan. Kata-kata itu terdengar sederhana, tapi juga penuh bobot—seolah menegaskan bahwa keberadaannya di sini, di sisi Bintang, bukan
Last Updated : 2025-09-22 Read more