All Chapters of Istri Kontrak Tuan Genosie (INDONESIA): Chapter 21 - Chapter 30

“Kau bertanya apakah aku akan senang jika Tuhan memanggilmu? Jawabannya tidak. Itu sama saja Dia telah mengambil separuh jiwaku. Apakah kau senang menjadi zombie yang tak berjiwa?” –Jiji– *** [Hi, Ji ... sibuk?] Satu pesan masuk mengalihkan perhatian Angie yang semula masih melamunkan lelaki yang baru saja keluar dari pintu apartemen setelah berpamitan dengannya. Nama yang tertera di layar membuat jantungnya berdetak lebih kencang disertai senyuman tersungging manis di wajah yang memanas. Apakah Jordan begitu merindukannya, sampai-sampai menghubungi dan bertanya kesibukan di tengah malam? Tidakkah lelaki itu mengira kalau dia mungkin sudah terlelap dan berkelana ke alam mimpi? [Maaf, aku baru saja melihat jam. Kau pasti sudah tidur.] Satu pesan lain masuk dan segera Angie mengetik untuk membalas. Dia kirimkan satu pesan dan berharap balasan lain, sehingga percakapan mereka menjadi terus mengalir hingga tak sadar waktu menun

“Jika aku bertahan hidup, katakan, apa yang kau mau? Kebebasan? Aku akan berikan untukmu.” –Mike–***Ayah dan ibu Mike tengah menatap ke dalam ruangan melalui jendela besar kala Angie tiba. Dia tidak bisa berucap. Langkah yang semula terayun cepat karena tak sabar ingin segera tiba di rumah sakit, kini justru terseok, seolah kakinya menancap dalam di perut bumi.Dia berharap tak ada yang serius. Bisa saja sang ibu mertua hanya bersikap berlebihan karena Mike adalah putra satu-satunya—mendapati putranya tertimpa musibah, orang tua mana yang tak cemas?Rahang Angie nyaris lepas saat menyaksikan lelaki yang ada di dalam ruangan itu tak hanya tengah mendapat perawatan karena tak sadarkan diri—bukan masalah sepele seperti yang dia bayangkan, melainkan lebih serius. Mike, suaminya, kini tengah terbaring dengan dada terbuka yang hanya dibalut perban. Beberapa peralatan penyokong kehidupan seperti yang sering dia lihat pada tayangan televisi, terpasang di beberapa bagian tubuhnya.Jujur saja

“Mengapa kebebasan yang kau berikan terasa menyakitkan? Meski kau bertahan hidup, tetap saja, separuh jiwaku serasa lepas dari raga saat kau katakan kalimat itu. Jadi, tolong hentikan, dan biarkan aku tetap di sampingmu.” –Jiji–***Angie dan Mike sesekali saling menatap, canggung, lantas membuang muka ke arah lain. Tak ada satu pun dari mereka yang memahami apa yang sedang dirasakan saat ini—ada perasaan berbeda yang seketika menyelinap.Tak masuk akal rasanya jika tergesa menyebut perasaan itu sebagai cinta, mungkin saja hanya karena terbiasa. Beberapa bulan terlewati tanpa terasa, dan mereka, meski dengan berbagai keluhan dalam dada, nyatanya tetap masih bersama.Kini, berada di ruangan yang sama, tanpa sadar Angie sejak tadi menggenggam tangan Mike yang pada akhirnya terbangun setelah kelelahan membuang tenaga untuk menghalau anak buah Cintya yang nyaris mengusirnya dari ruangan itu.Mike tak seharusnya melakukan itu, karena kondisinya masih belum pulih. Terbukti, setelahnya, dia

“Apakah ini caramu menghukumku, Little Bunny? Katakan, apa yang kau mau? Apakah masih sama—terbebas dariku?” –Mike– *** “Apakah kau yakin?” tanya seorang wanita dengan raut wajah dipenuhi kecemasan. Pria di hadapannya, dengan wajah memucat dan lesu, mengangguk dan membenarkan pertanyaan sang istri. “Salah satu anak buah kita mengatakan demikian. Angie tak lagi berada di apartemen, tetapi barang-barangnya masih tertinggal saat aku ke sana dan memeriksa.” “CCTV—apakah kau sudah memeriksanya?” “Haruskah? Aku ingin menyisakan jejak untuk anak kita yang bandel agar dia tahu akibat perbuatannya, hal ini terjadi pada Angie. Haruskah kita membiarkan semua tetap seperti ini? Dia memang cerdas, tetapi kita tahu betul seperti apa Mike jika sudah berurusan dengan wanita.” Wanita itu mendesah dan menjatuhkan bobot tubuh di sofa. Wajahnya tampak kusut memikirkan nasib sang menantu tercinta yang tak diketahui keberadaannya. Dia berharap putranya bisa berbuat lebih tegas dan benar, terlebih set

“Kau ingin tahu bagaimana rasanya ketika aku tak bisa menemukanmu di mana pun? Hampa. Seperti raga tanpa nyawa. Apakah ini yang kau sebut “separuh jiwa yang menghilang”?” –Mike–***“Greg, dia tidak ada di sini!” pekik Mike, yang membuat dua orang yang tengah berduel dengan para penjahat, menoleh.Kesempatan bagi para penculik untuk melarikan diri dan Greg juga Jimmy tidak tertarik untuk mengejar karena yang menjadi fokusnya sekarang adalah sang adik yang tak dia temukan keberadaannya di seluruh penjuru ruangan.Gedung itu hanya memiliki beberapa ruangan besar dan rasanya tak mungkin kalau Angie menghilang begitu saja. Pasti ada seseorang yang telah menculik dan membawanya kabur dari tempat itu.Begitu cerobohnya mereka sampai tidak menyadari akan hal itu.“Di mana Angie? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Mike, menodongkan pistol ke arah Jimmy yang mengangkat kedua tangan ke udara. Dia hanya memandangi Mike yang tampak tak berdaya tanpa kaki kuatnya. Namun, dia tidak merasa iba sam