Semua Bab Istri Kontrak Tuan Genosie (INDONESIA): Bab 41 - Bab 50

“Maafkan aku karena kali ini aku ingkar janji. Namun, ini bukan mauku, Mike. Mereka kejam. Mereka memisahkan kita hanya karena alasan tak masuk akal. Maafkan aku.” -Jiji-***“Jadi kau sudah merencanakan semua ini? Bahkan Tatiana? Dia anggota kalian?” tanya Mike tanpa terdengar menghakimi. Dia hanya ingin tahu yang sebenarnya. Angie mengangguk, tetap terfokus pada pisau cukur di tangan yang dia usapkan hati-hati di wajah Mike.“Mengapa kau melakukan ini? Kenapa kau peduli pada The Black Venom?”“Karena mendiang ayahku. Aku tak bisa jelaskan detailnya, yang terpenting adalah aku harus berhasil menyelesaikan misiku dan membersihkan organisasi kalian dari mereka yang telah menjadi duri dalam daging.”“Bagaimana jika kau tak berhasil melaksanakan misimu? Apakah kau akan tetap menjaga jarak dariku?” Angie mengangguk.Mike meraih dan mencekal pergelangan Angie, cukup keras sampai gadis itu memekik pelan. “Persetan dengan itu semua, Ji! Lupakan organisasi atau apa pun. Aku sudah menolak ke

“Dulu kau jelmaan ular berbisa dan sekarang mirip seperti hantu. Katakan, ke mana lagi aku harus mencarimu? Apakah ke ujung dunia?” -Mike- *** “Apakah kau yakin baik-baik saja?” tanya pria paruh baya yang masih tampak gagah, membenarkan jas. Dia dan sang putra berjalan beriringan menuju ruang rapat. Namun, tak ada jawaban keluar dari mulut Mike. Dia tak tertarik menanggapi pertanyaan sang ayah. “Beberapa tahun terakhir ketertarikanmu akan bisnis dan organisasi mulai kendur. Aku bahkan tak lagi melihat jiwa Genosie dalam dirimu.” “Tak perlu mengingat beberapa tahun terakhir, yang terpenting sekarang aku sudah kembali. Di mana ruangannya?” Sang ayah memberi isyarat dengan tangan, menunjuk sebuah ruangan di mana telah menanti beberapa orang dengan wajah sangar yang tak membuat Mike gentar. Dia mengedar pandangan, menilik satu per satu wajah yang tak asing. Jelas, mereka adalah sekutu. Namun, otak Mike masih berusaha mencerna perkataan Angie kala itu. “Salah satu anggota The B

“Kau benar, Ji. Tak ada yang bisa kita percayai dalam organisasi. Mereka sudah bermain kotor dan kita adalah korbannya.” -Mike- *** Senyum lebar pudar dari wajah Angie. Tangannya masih menggenggam satu-satunya benda yang tersisa dari dirinya dan Mike—foto mereka yang tampak begitu bahagia. Sepasang bola mata gelap yang terus tergenangi air mata juga tak lelah memandangi, sesekali didekapnya gambar itu seolah Mike-lah yang dia peluk erat. Mengapa kisah cintanya begitu pahit? Meski dia tahu itulah risiko berada di dalam sebuah organisasi hitam, sering kali jadi musuh bebuyutan rakyat, tetapi dia tak terima akan takdir kali ini. Angie tak pernah berharap terlahir di dalam keluarga penuh pergolakan dengan manusia lain. Keluarga yang damai adalah impiannya. Namun, itu semua hanya impian yang tak akan pernah terwujud. Pintu ruangan terbuka, seorang lelaki tegap masuk dengan nampan di tangan. Jimmy, sang kakak, sengaja datang membawakan makanan sekaligus membicarakan sikap anehnya

“Aku yang naif atau kau yang terlalu bajingan untuk kucintai, Mike?” -Jiji- *** Mike bukan satu-satunya keturunan keluarga Genosie, dia tahu sejak lama. Hanya saja, putri tunggal dengan nama belakang sama dengannya adalah hasil kegagalan sang ayah menjadi lelaki setia, sehingga tak ingin siapa pun tahu. Dia kenal Meredith sejak kecil dan mengira mereka adalah saudara sepupu sampai kemudian semua terungkap setelah Mike merasa begitu menyayangi gadis itu. Dua tahun belakangan, tepatnya selama Angie muncul kemudian pergi, Meredith kembali dari pendidikan di negeri seberang dan menemukan sang kakak begitu hancur. Tanpa Mike ketahui, ada dendam bercokol dalam di hati gadis itu sehingga berjanji akan melakukan apa pun demi membalaskan sakit hatinya, juga yang dialami sang kakak. Meredith adalah pekerja medis, garda depan di setiap kondisi, bahkan di dalam organisasi. Sayangnya, tak ada yang tahu jika dia adalah seorang imposter—dia tergabung di dua organisasi dengan tujuan berbed

“Mungkin bagimu cintaku hanya lelucon, sehingga kau dengan mudah pergi dan tak terpikir untuk kembali. Apakah kau pikir setelah semua ini, aku akan membiarkanmu bebas, Little Bunny? Sudah kukatakan, larilah sampai ke neraka, kau akan lihat aku menunggumu di gerbangnya.” -Mike-***Angie datang menggebrak meja ruangan Jimmy saat sang kakak tengah berkonsentrasi memeriksa berkas-berkas. Dia mendongak dan hanya mengernyit menanggapi mood sang adik kali ini.Apa lagi yang jadi masalah? Jimmy sudah memberi kebebasan dan membiarkannya berkeliaran ke mana pun asalkan tidak keluar dari wilayah kediaman mereka, lalu tiba-tiba dia datang dengan wajah memerah dan melemparkan lembaran kertas yang tepat mengenai wajah sang kakak.Jimmy memunguti satu per satu lembaran kertas yang berceceran di lantai dengan tetap terlihat tenang, membaca baris demi baris dengan teliti, lalu mengernyit. “Lelucon apa lagi ini?”“Jangan pura-pura bodoh, Jim. Kau tahu betul isi di dalam berkas itu dan apa yang s